Antiklimaks "Ayat-ayat Cinta"


-Poster Film Ayat-ayat Cinta-
Tulisan ini wujud usaha perlakuan adilku terhadap film Indonesia. Awalnya rasa banggaku terhadap AAC begitu tinggi untuk lahirnya era baru film Indonesia. Masih pada kubu bangga sebelum tau beberapa kelemahan dan kekonyolan film ini.
Scoring film ini yang entah dalam bentuk mencomot (aku harap ini legal dan minta ijin resmi) film asing seperti Scoring "Schlinder's List"-nya Steven Spierberg dan Film epik korea "Taegukgi". Tetapi bagaimanapun aku tetap menghargai orisinalistas. Pujianku terhadap AAC mulai tergerus secara perlahan dengan kenyatan ini.

-Poster Film Kun Fayakun-

Sebenarnya momentum meledaknya AAC harusnya disikapi cerdas oleh insan perfilman Indonesia. Ambil hikmah dari semua ini bukan mengekor dengan tema serupa tanpa makna.
Setelah AAC akan muncul "Kun Fayakun", film ide dari ustad muda Yusuf Mansyur yang lebih menyoroti masalah dasar dari kehidupan. Kemudian film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) yang mulai tahap produksi. Kuharap dua film ini tidak digarap asal-asalan dan manfaatin momentum.
Apalagi beban tambahan film ini bertambah sebagai film bertema Islam dan dakwah. Penonton mau tidak mau akan membenturkan dengan film sebelumnya.
Ibarat momentum dan peluang bola ada di produser film Indonesia.
Mengekor dan ditertawai penonton atau berpikir cerdas tiga langkah ke depan memanfatin momentum.
Bravo Film lokal cerdas dan bermutu...berhentilah memproduksi film sampah...
Matur Nuwun...

1 komentar:

Helman Taofani mengatakan...

Kunfayakun akhirnya cuman sinetron yang diangkat ke bisokop. Cupu...