Kemenangan HaDe di Pilkada Jabar,Wujud Lemahnya Mesin Politik Partai besar?


 -Poster Profil calon Pemimpin Jawa Barat-
Kemenangan Sementara Pasangan Ahmad Heryawan dan dede Yusuf di Pilkada Jawa Barat membuat kita kembali membaca fenomena politik masyarakat Indonesia yang Unik. Meskipun belum hsil final, karena masih merpakan hitungan cepat(quick count) tetapi sepertinya hasil akhir tak akan beda.
Seperti Kompas.com lansir,berdasarkan penghitungan cepat yang dilakukan seusai pencoblosan, Minggu (13/4), menunjukkan, pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf unggul dengan perolehan sekitar 40,37 persen suara. Pasangan Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim memperoleh 35,34 persen suara dan Danny Setiawan-Iwan Sulandjana meraih 24,30 persen suara.
Prediksi atas perolehan ketiga kandidat itu hampir mirip dengan hasil penghitungan cepat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Lembaga ini melansir perolehan untuk Heryawan-Dede adalah 39,63 persen, Agum-Nu’man (35,56 persen), dan Danny-Iwan (24,81 persen). Dua lembaga penelitian lainnya, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) dan PT Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang melakukan penghitungan cepat pula, hasilnya juga mirip, memprediksi kemenangan bagi pasangan Heryawan-Dede.
Kemenagan ini setidaknya memeperlihatkan fenomena baru--lebih tepat cerita lama judul baru- tentang pentingnya kepopuleran calon di mata masyarakat merupakan hal yang tak boleh dikesampingkan. Setidaknya ini terlihat dari komposisi pasangan yang didukung PKS dan PAN ini. Unsur kepouleran kentara justru datang dari figur Dede Yusuf yang merupakan artis beken era-80 sampai 90-an.Ini merupakan modal penting menarik massa terlebih untuk kaum pemula.Meskipun kita juga tak melupakan faktor Ahmad Heryawan yang merupakan anggota DPRD DKI dari PKS cukup dikenal untuk kawasan Jabotabek. Terlebih militansi kader PKS yang merupakan "partai spesial" di Indonesia merupqkqn modal kuat pasangan ini.

Mesin Politik partai Besar Lembek?
Yang lebih menarik justru fenomena kalahnya jago yang didukung oleh banyak Partai seperti pasangan AMan (Agum Gumelar-Numan Abdul Hakim) yang didukung partai; PDIP,PPP,PKB,PBB,PBR,PKPB,PDS .Secara hitungan matematika pasangan ini harusnya memperoleh sekitar 7 juta dukungan jika dihitung dari pemilih tujuh partai itu. Tetapi politik memang bukan hitungan matematika. Pemilih nampaknya punya alasan lain memilih. Hal ini karena ketokohan seorang calon harus terdiri atas beberapa parameter; popular,resitances, credible, dan ellectible. Selain populer tentu juga harus punya resitensi kecil dan potensi dipilih besar. Mesin Politik seperti tak berpengaruh mutlak bila menyangkut hal ini.
Mungkin ini merupakna gambaran kecil gagalnya partai dalam kaderisasi tokoh yang merakyat. Karena jalan karbitan menarik tokoh populer dan seleb ke dalam kancah politik ternyata lebih mudah untuk ditempuh.

Militansi dan Soliditas  Kader.

Hal ini juga kunci pasangan Hade untuk menang di Pilkada Jabar. Siapa yang tak kenal PKS dalam militansi kader dan loyalitas terhadap putusan pimpinan partai.  Ditambah massa PAN yang juga lumayan loyal jika udah mendapat seruan dari tokohnya 
(mungkin Amien rais turun tangan) untuk memilih pasangan ini. Jurus terakhir praktis tinggal menarik massa mengambang yang punya hak pilih dengan sentuhan tokoh yang populer yanga ada di diri Dede Yusuf. Jadi lengkaplah sudah keberhasilan HaDe dan lengkap pula keapesan jago partai-partai besar. Demokrasi memang sangat unik di Indonesia. Kedewasaan berdemokrasilah yang akan mendapat keuntungan yang lebih permanen, bukan musiman.
Matur Nuwun.

Tidak ada komentar: