Teror Baru




-Gambar courtesy KOMPAS--

Heboh UN tahun ini terasa lebih menakutkan dibanding tahun-tahun sebalumnya. Disamping dinaikkanya standar kelulusan juga ditambahnya mata kuliah penentu kelulusan yang membuat beban siswa semakin berat.
Yang lebih menghebohkan justru kejadian di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam, Deli Serdang,. Belasan guru yang sedang mengganti jawaban ujian nasional Bahasa Inggris siswa-siswi di sekolah itu digerebek polisi. Tidak tanggung-tanggung, penggerebekan dilakukan oleh anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror (Kompas, 26/4/2008).
Yang jadi pertanyaan, setahuku Densus 88 bukankah kelompok pasukan intelejen yang bertugas menaggap pelaku teroris di negeri ini? Sepertinya tim ini lagi sepi order sehingga “ngompreng” di jalur UN karena dana yang bergulir untuk event tahunan ini lumayan besar.
Disamping teror yang berwujud sebuah pasukan , kini memang masyarakat khususnya kaum siswa setiap akhir periode sekolah telah dihantui oleh sebuah teror bernama Ujian Nasional (UN).
Menurutku memang bukan sesuatu hal yang baru memang ujian akhir penentuan kelulusan. Dahulu di jaman aku sudah ada EBTA dan EBTANAS sebagai salah satu parameter kelulusan siswa. EBTA daan EBTANAS secara psikologis juga menimbulkan tekanan saat megahadapinya. Tetapi kala itu masih kuanggap tekanan positif untuk siswa sebelum memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau masuk dunia kerja.Sebuah keberhasilan memang perlu beberapa parameter penilaian kuantitatif. Lalu Apa bedanya UN sekarang?Disamping sebagai parameter yang absolud, UN sengaja dijadikan pemerintah sebagai jalan pintas mengupgrade kualitas pendidikan Nasional. Dalam kasus tertentu bisa jadi hal itu bernar adanya, tetapi jika berbicara masalah keberhasilan pendidikan tentu sangat dini. Pada titik UN dijadikan parameter kelulusan tentu tak akan menyanggahnya, tetapi jika melihat absolutisme pemerintah dalam pelaksanaannya tentu kita harus mengingatkan.

Kini Indonesia sedang memasuki masa teknokrasi absolut dalam pendidikan, demikina dikata Doni Koesoema di opini Kompas hari ini (30 April 2008). Dia menegaskan absolutisme terlihat dimana belajar mengajar hanya dinilai melalui angka-angka hasil ujian yang sama sekali abai terhadap kenyataan, kesulitan, dan kompleksitas persoalan pendidikan di lapangan.
Lebih lanjut dia berkata Data nilai UN sama sekali tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi di lapangan. Nilai itu tidak berbicara sama sekali tentang bagaimana hancurnya sarana-prasarana pendidikan yang ada. Nilai UN juga tidak berbicara sama sekali tentang kualitas guru di lapangan.
Para guru membantu muridnya membenarkan jawaban murid saat UN memang sebuah kejahatan Tetapi yang lebih penting adalah mempertanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi sangat lebih penting. Karena itu akar masalah sebenarnya, sedangkan kita selalu saja meributkan bagaimana penyelesaian ekses negative dari sebuah kebijakan.
Aku mencoba berandai jadi guru yang terteror ;
>>Guru takut nilai muridnya tidak memenuhi standart UN, Padahal dia sudah bekerja keras mengajarkannya.
>>Guru takut sekolahnya tercoreng gara-gara muridnya banyak yang gagal di UN.
>>Guru takut menjadi momok pendidikan karena prestasi buruknya.
>>Guru takut dipecat dan kehilangan masa depan gara-gara semua ini..
Pada titik dimana dia berusaha untuk keluar dari semua teror ini, Dia malah “Diciduk” oleh Tim anti Teror.
Teror baru sepertinya bukan dari sekelompok nyleneh yang menafsirkan ajaran agama secara sepihak. Tetapi teror muncul dari tim anti teror yang meyakini sebuah kebenaran atas nama absolutisme kebijakan penguasa…Naif benar.

[+/-] Selengkapnya...

Camelia


-courtesy Maximia-
Tulisan ini spontan muncul saat mendengarkan tema ringan tadi pagi di Delta FM, yang mengiriku laju motor menuju tempat kerja. 
Kuis menebak lirik lagu Camelia ke berapa? Beragam juga jawaban yang masuk, karena memang lagu Camelia dari Ebiet terdiri dari Camelia I sampai IV. Sedikit deh dari lirik awal lagu itu  yang ternyata lirik dari Camelia II:

Gugusan hari-hari
Indah bersamamu Camelia
Bangkitkan kembali
Rinduku mengajakku kesana
Inginku berlari
Mengejar seribu bayangmu Camelia
Tak peduli kau kuterjang
Biar pun harusku tembus padang ilalang

Yang mengusik pikiran ini adalah secantik apa Camelia itu sehingga sampai Ebiet mampu menginspirasinya menjadi 4 lagu. Tak pernah dia ungkapkan seperti apa dan siapa sebenarnya Camelia itu. Dia juga setahuku tak pernah mengungkapkan jatidiri Camelia. Sebuah keindahan memang menghasilkan beratus inspirasi. Dari segi nama memang Camelia adalah wujud sebuah keindahan. Dulu waktu kuliah aku punya kakak angkatan yang punya nama Camelia.  Selain orangnya memang cantik dia juga sangat catchy banget dipandang. Terlepas dari apakah setiap orang punya nama Camelia itu cantik apa tidak,tema keindahan seakan tak lekang oleh waktu. Keindahan akan selalu mengiringi dan menghiasi hidup manusia. Camelia sebagai wujud keindahan wanita, ataukah mungkin Bali sebagai wujud keindahan tempat yang bernuansa surgawi. Atau sebuah khayal tentang keindahan sekalipun akan membangkitkan gairah hidup seseorang.
Selamat merasakan dan menikmati semua keindahan yang tercipta dari Tuhan.

[+/-] Selengkapnya...

Qur'anic Law of Attraction (Review)



Kutemukan buku ini di MP Book Pint di bilangan jeruk Purut minggu lalu. 
Buku ini seakan ingin melengkapi pertanyaanku yang belum selesai di  buku sebelumnya.Best Seller "Secret" tulisan Ronda Byrne dan "Law of Attraction"(LOA)-nya  Michael J.Losier. Buku karya  Rusdi Rauf ini menawarkan solusi tentang bagaimana LOA dalam diri kita berjalan dengan baik yang berlandaskankan pada Al-Quran.
Law of attraction (hukum ketertarikan) adalah hukum terbesar i alam semsta. Hukum Tarik menarik menyuguhkan harapan sekaligus peringatan. Hukum ini intiny berpendapat:

"Apa yang Anda pikirkan sekarang adalah apa yang akan terjadi pada diri Anda nanti. Masa depan tergantung pada pikiran masa kini. Agar masa depan baik, pikiran berikut keinginan pun harus baik."


Yang menjadi persoalan adalah landasan berpikir di dlam hukum ini.Untuk menentukan baik dan buruk, sudut pandang apa yang akan kita jadikan sandaran?Sepertinya Hal ini yang kurang dibahas dalam dua buku sebelumnya. Dalam "Secret" dan "LOA" tidak secara tegas merujuk pada sebuah dasar. Hal ini memang wajar karena memang keduanya membingkai dalam hal ranah psikologi. Ada sesuatu yang kurang memang selesai membacanya. Dalam bahasa sederhana ibarat sebuah kalimat masih terdapat koma atau belum selesai. Memang kita seperti terjaga membaca ungkapan-ungkapan dari "Secret" dan "LOA".
salah satu contoh:

"Pikirkanlah sesuatu yang engkau inginkan, jangan berpikir tentang apa yang tidak engkau inginkan".
"Fokus kita terhadap tentang hal tidak kita inginkan akan spontan merespon balik dan membuat kita terfokus dan akhirnya menguras energi pikiran kita."

 Tema ini sebenarnya tak jauh beda dari tema "Berpikir Positif" yang lebih dulu dibicarakan di dunia psikologi. Pikiran positif akan menuntun kita menjalani dan mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dalam hidup.
Kembali ke buku Rusdin S Rauf tadi. Hukum Tarik Menarik (LOA) sebenarnya sudah tertulis secara lengkap dan berulang-ulang di dalam Al-Qur'an. Dengan Al-Quran, Law of Attraction akan terealisasi sesuai petunjuk Allah. Pikiran dan keinginan pun akan mewujud sesuai panduan-Nya ungkap Rusdin.
Aku sendiri mendapatkan beberapa catatan penting dalam tulisan Rusdin S Rauf. Segala sesuatu yang kita pikirkan secara sadar maupun bawah sadar kita harus dilandasi sebuah rasa spiritual yang kuat. Apa yang mendasari keinginan kita  dan apa yang menghalagi keyakinan kita, sepertinya tak jauh-jauh dari unsur "visi keimanan" kita. Aku sendiri kadang merasa gelisah dengan kebimbangan-kebimbangan dalam hidup ini. Kebimbangan adalah wujud keraguan yang tak berujung dan tidak sesegera mungkin kita coba urai menjadi sebuah keyakinan. Hal ini seakan berbanding lurus dengan tingkat keimanan kita dalam suatu waktu. Sewaktu kita jauh dari Allah atau dalam keadaan futur, pasti keyakinan dan positif thinking kita berkurang. Semua ini memang ujungnya adalah sikap religius kita dalam menyikapi hidup. Keyakinan kita seperti harus punya sandaran yang tak meragukan lagi. Rasa syukur dan Kesabaran adalah salah satu contoh sikap yang selalu diajarkan Al-Qur'an. Seberapa besar rasa syukur saat kita diberi kelebihan, dan seberapa besar kesabaran kita saat menerima cobaan. Mungkin itu salah satu inti dari Quranic Law of Attraction.
Semoga kita selalu mendapat hikmah dari sebuah perenungan.
Matur Nuwun.

[+/-] Selengkapnya...

Anomali Orang Indonesia (Pengalaman Berlalu Lintas)


-Terobos trotoar adalah bukan dosa sebuah pelanggaran?(courtesy: Maludong.com)--

Mulai bersepeda motor selama 2 bulan di jalan-jalan jakarta seperti membaca sikap dan perilaku masyarakat Indonesia dari dekat.Bukanya sok suci dan tak pernah khilaf untuk berperilaku demikian. Tetapi jika kita tarik lebih jauh, malu juga selalu berkoar-koar tentang idelisme dan kedisiplinan, nyatanya dalam diri kita tak jua berupaya untuk mendukung. Alih-alih mendukung, kadang ikut juga arus menyimpang itu. Melanggar marka jalan, menerobos lampu,masuk trotoar, melawan arus dan bentuk pelanggaran lain sepertinya udah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari kita.
Inilah sebenarnya budaya yang terbangun dan tak kita sadari akan membentuk karakter bangsa. Tetapi bila kita melihat lebih dekat kepada kita-kita, kadang juga memang tak ada keseimbangan dalam bermasyarakat di negeri ini yang membuat semuanya lebih tak teratur.
Jumlah pak polisi ada ketegasan menindak pelanggar membuat masyarakat semakin tanpa kendali. Terlebih kewibawaan aparat yang semakin jatuh membuat semakin tak karuan saja budaya kita.
Kasus yang aku alami tak sedikit:
>> ketergodaan ikut melanggar,
Tak sedikit kejadian melanggar lalu lintas karena ikut-ikutan sesama pengendara. Berwal dari pengendara sejenis tak dilarang atau ditindak ya akhirnya kita ikut melakukanya. Aku sih mencoba menahan diri, kita menganggap seperti orang puasa menahan lapar saja. 
>>Yang salah jadi benar, yang benar disalahkan.
Kadang bingung juga untuk berdisiplin. Kenapa? karena di Indonesia berdisiplin adalah sebuah kesalahan. Satu kasus saat aku mencoba tak ikut nerobos median jalan untuk melawan arus, ternyata bel klakson motor di belakangku tak berhenti untuk memaksa aku untuk menerobos. Mungkin dia berkata:" minggir loe..ngapain sih nutupin jalur". Mau minggir jalan sudah penuh oleh kendaraan lain. Jika begitu siapa yang salah? bingung kan?

Tengoklah diri kita..
Mungkin bukan usul, sekedar mengajak merenung bersama bagaimana kita jadi lebih baik.
Sepertinya kita harus menengok kembali rumus AA Gym bahwa segala sesuatu itu emang rumusnya 3M. Mulailah  dari Diri Sendiri , mulai dari yang kecil-kecil, dan mulai dari saat ini.
Ya segalanya memang tak usah kita berteriak-teriak ngatain orang. Cobalah kita tengok diri kita masing-masing. Kita semakin tua, tapi janganlah kita semakin menikmati ketuaan ini dengan bertambah kebodohan dan kekonyolan kita.
Sebuah ungkapan bijak berkata:
"Tua itu pasti, Dewasa adalah pilihan".
Jadi, Berbahagialah jika kita msih banyak pilihan dalam hidup, kenapa ga pilih yang lebih baik.
Matur Nuwun....

[+/-] Selengkapnya...

Antiklimaks "Ayat-ayat Cinta"


-Poster Film Ayat-ayat Cinta-
Tulisan ini wujud usaha perlakuan adilku terhadap film Indonesia. Awalnya rasa banggaku terhadap AAC begitu tinggi untuk lahirnya era baru film Indonesia. Masih pada kubu bangga sebelum tau beberapa kelemahan dan kekonyolan film ini.
Scoring film ini yang entah dalam bentuk mencomot (aku harap ini legal dan minta ijin resmi) film asing seperti Scoring "Schlinder's List"-nya Steven Spierberg dan Film epik korea "Taegukgi". Tetapi bagaimanapun aku tetap menghargai orisinalistas. Pujianku terhadap AAC mulai tergerus secara perlahan dengan kenyatan ini.

-Poster Film Kun Fayakun-

Sebenarnya momentum meledaknya AAC harusnya disikapi cerdas oleh insan perfilman Indonesia. Ambil hikmah dari semua ini bukan mengekor dengan tema serupa tanpa makna.
Setelah AAC akan muncul "Kun Fayakun", film ide dari ustad muda Yusuf Mansyur yang lebih menyoroti masalah dasar dari kehidupan. Kemudian film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) yang mulai tahap produksi. Kuharap dua film ini tidak digarap asal-asalan dan manfaatin momentum.
Apalagi beban tambahan film ini bertambah sebagai film bertema Islam dan dakwah. Penonton mau tidak mau akan membenturkan dengan film sebelumnya.
Ibarat momentum dan peluang bola ada di produser film Indonesia.
Mengekor dan ditertawai penonton atau berpikir cerdas tiga langkah ke depan memanfatin momentum.
Bravo Film lokal cerdas dan bermutu...berhentilah memproduksi film sampah...
Matur Nuwun...

[+/-] Selengkapnya...

Kebebasan Finansial


Beberapa waktu lalu sempet mengikuti "Perspektif Wimar" di anTV. Ga biasanya memindah-mindah channel untuk cari berita lain. Tema yang menarik memaksaku untuk mengikuti perbincangan seru antara Host,calon co-host yang cantik-Puteri Indonesia 2006 Agni Pratista-,dan tentunya bintang tamu seorang Finansial Consulting yaitu Liwigna P Hananto. Bukan hanya menarik sih temanya, tetapi emang cara dia ngomong enak didengar. Selain suaranya renyah seperti krupuk, analisis dia dan bagaimana menarik hati audiens patut diacungi jempol.
Temanya sih biasa aja, karena aku tak kurang dua tiga kali mendengar omongan dia yang tak jauh beda isinya. Tetapi ya memang begitu fenomena yang ada di masyarakat-terutama masyarakat urban-.

Pada inget kan iklan sms premium dari pengamat keuangan lain, Safir Senduk?
- Apakah anda baru bisa belanja saat gajian tiba?
- Apakah pengeluaran anda selalu lebih besar dari pemasukan Anda?
- Apakah Rekening anda tak ada beda dengan lalu lintas,yg hanya transit di rekening tiap tiap bulanya?
He2..menohok tapi emang kenyataan.

Menurut Liwigna hananto sendiri simpel aja kita dalam mengelola keuangan :
- Kita harus punya tujuan keuangan yan jelas, entah jangka pendek, menengah ataupun panjang.
Bener juga sih,ambil contoh tahun ini kita tagetkan akhir tahun liburan ke Lombok (aduh jadi pengen nehhh). Berarti biasa kita hitung kebutuhan misal 6 juta totalnya, berarti tinggal kita terjemahin ke biaya yang harus kita sisihkan tiap bulan berarti 50 rb bila kita anggap mulai dari bulan janurai merencanakan.

-Point pertama tak ada guna bila tak mecing dengan penghasilan dan pola keuangan kita.
LPH sih bilang 10% dari gaji loe kudu aman dalam bentuk tabungan atau investasi. 30-40% dari gaji adalah untuk kebutuhan pokok. Jadi setelah itu terselah loe mau ngapain dengan 50% sisanya untuk "Life Style" loe.Mungkin dari situ kita bisa ngerancang tujuan keuangan kita.aplikasinya bisa macem2;nyicil Kartu Kredit, kresit barang, dan apalagi kalo ga "mogleng-mogleng" tiap pekan?
Pertanyaan yang muncul memang sebenarnya di situ inti gaya dan pola keuangan kita. Masa kita mau mati gaye...?Ga mau make asil keringet kitapakai untuk hal yang menyenangkan kita?
Tapi intinya menurutku asal kita jangan utang, entah dengan kartu kredit atau yang laenya...(masih bisa diperdebatkan sih)

- Punya 2 rekening adalah solusi?
Mungkin ada benarnya jika kita punya 2 rekening untuk mengamankan tujuan keuangan kita. Satu buat tabungan dan Invesasi (pundi-Pundi harta) dan yang satu sebagai lalu lintas. Tiap bulan rekening Pundi harta menerima limpahan uang dari rekening lalu lintas (dapet tambahan jika sisa).

Ideal Vs Realita.
Semua uraian di atas adalah idealitas manajemen keuangan pribadi kita yang secepat mungkin harus lewati seperti :
Tahap 1- Rencanakan
Tahap 2 - Aplikasi + Komitmen ketat
Tahap 3 - Evaluasi dengan target kedinamisan.

Masalahku sekarang ?
Sekarang secara realita aku masih pada tahap satu...dan begitu ingat udah masuk tahap 3 di akhir bulan.
Artinya apa?
Orang memang bukan hanya selesai pada tahap tahu aja...
Jika udah tau ilmunya kan emang harus diamalkan.Tau ilmunya tak pernah diaplikasikan kan sama juga bohong kan.Tolong dong kasih jembatan yang aku cari untuk menyambungny,sekian lama ku cari tak ketemu.
Cape nian awak meracau...
Tak jua awak sampai ke seberang sungai....

[+/-] Selengkapnya...

Kemenangan HaDe di Pilkada Jabar,Wujud Lemahnya Mesin Politik Partai besar?


 -Poster Profil calon Pemimpin Jawa Barat-
Kemenangan Sementara Pasangan Ahmad Heryawan dan dede Yusuf di Pilkada Jawa Barat membuat kita kembali membaca fenomena politik masyarakat Indonesia yang Unik. Meskipun belum hsil final, karena masih merpakan hitungan cepat(quick count) tetapi sepertinya hasil akhir tak akan beda.
Seperti Kompas.com lansir,berdasarkan penghitungan cepat yang dilakukan seusai pencoblosan, Minggu (13/4), menunjukkan, pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf unggul dengan perolehan sekitar 40,37 persen suara. Pasangan Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim memperoleh 35,34 persen suara dan Danny Setiawan-Iwan Sulandjana meraih 24,30 persen suara.
Prediksi atas perolehan ketiga kandidat itu hampir mirip dengan hasil penghitungan cepat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Lembaga ini melansir perolehan untuk Heryawan-Dede adalah 39,63 persen, Agum-Nu’man (35,56 persen), dan Danny-Iwan (24,81 persen). Dua lembaga penelitian lainnya, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) dan PT Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang melakukan penghitungan cepat pula, hasilnya juga mirip, memprediksi kemenangan bagi pasangan Heryawan-Dede.
Kemenagan ini setidaknya memeperlihatkan fenomena baru--lebih tepat cerita lama judul baru- tentang pentingnya kepopuleran calon di mata masyarakat merupakan hal yang tak boleh dikesampingkan. Setidaknya ini terlihat dari komposisi pasangan yang didukung PKS dan PAN ini. Unsur kepouleran kentara justru datang dari figur Dede Yusuf yang merupakan artis beken era-80 sampai 90-an.Ini merupakan modal penting menarik massa terlebih untuk kaum pemula.Meskipun kita juga tak melupakan faktor Ahmad Heryawan yang merupakan anggota DPRD DKI dari PKS cukup dikenal untuk kawasan Jabotabek. Terlebih militansi kader PKS yang merupakan "partai spesial" di Indonesia merupqkqn modal kuat pasangan ini.

Mesin Politik partai Besar Lembek?
Yang lebih menarik justru fenomena kalahnya jago yang didukung oleh banyak Partai seperti pasangan AMan (Agum Gumelar-Numan Abdul Hakim) yang didukung partai; PDIP,PPP,PKB,PBB,PBR,PKPB,PDS .Secara hitungan matematika pasangan ini harusnya memperoleh sekitar 7 juta dukungan jika dihitung dari pemilih tujuh partai itu. Tetapi politik memang bukan hitungan matematika. Pemilih nampaknya punya alasan lain memilih. Hal ini karena ketokohan seorang calon harus terdiri atas beberapa parameter; popular,resitances, credible, dan ellectible. Selain populer tentu juga harus punya resitensi kecil dan potensi dipilih besar. Mesin Politik seperti tak berpengaruh mutlak bila menyangkut hal ini.
Mungkin ini merupakna gambaran kecil gagalnya partai dalam kaderisasi tokoh yang merakyat. Karena jalan karbitan menarik tokoh populer dan seleb ke dalam kancah politik ternyata lebih mudah untuk ditempuh.

Militansi dan Soliditas  Kader.

Hal ini juga kunci pasangan Hade untuk menang di Pilkada Jabar. Siapa yang tak kenal PKS dalam militansi kader dan loyalitas terhadap putusan pimpinan partai.  Ditambah massa PAN yang juga lumayan loyal jika udah mendapat seruan dari tokohnya 
(mungkin Amien rais turun tangan) untuk memilih pasangan ini. Jurus terakhir praktis tinggal menarik massa mengambang yang punya hak pilih dengan sentuhan tokoh yang populer yanga ada di diri Dede Yusuf. Jadi lengkaplah sudah keberhasilan HaDe dan lengkap pula keapesan jago partai-partai besar. Demokrasi memang sangat unik di Indonesia. Kedewasaan berdemokrasilah yang akan mendapat keuntungan yang lebih permanen, bukan musiman.
Matur Nuwun.

[+/-] Selengkapnya...

DPR vs Slank tentang Kehormatan.....


-DPR Kebakaran jenggot saat mengetahui lirik lagu "Gosp Jalanan"-nya Slank-

Anda tahu berita dan  gosip terbaru tentang kehebohan anggota Dewan di Senayan?. Gara-gara lirik lagu Slank terbaru yang berjudul  "Gosip Jalanan",DPR berencana mengadukan Slank karena beralasan menghina kehormatan Anggota Dewan dan merupakan pelecehan. Mungkin lirik lagu Slank terlalu keras tetapi apa yang menjadi alasan ketersinggungan adalah tentang "Kehormatan DPR". Kehormatan?, sebuah pertanyaan besar karena apakah pantas dewan yang tak pernah mempunyai nurani untuk membela rakyat yang diwakilinya menyebut dirinya terhormat?.
Coba hitung daftar kelam yang setidaknya menghilangkan kesan yang tak terhormat -bila tak ingin dikatakan sebagai penghianat rakyat-. Beberapa contoh kecil aja seperti ; Kenaikan uang tunjangan saat rakyat berada dalam krisis dan kesusahan ekonomi. Bukan sekali kasus saja sebenarnya, berkali-kali dengan alasan yang bermacam-macam pula seperti; Tunjangan komunikasi atau tunjangn lain dengan alasan memperlancar kerja dewan. Sebagai lembaga yang "Terhormat", masalah moral harusnya dipegang oleh anggota dewan, tetapi berbagai kasus menjadi pertanyaan besar bagaimana sebenarnya perilaku anggota dewan. Kasus Asusila perselingkuhan seorang aggota dewan dengan seorang penyanyi Dangdut yang dibarengi dengan video pribadinya yang heboh itu  adalah sebuah contoh yang membuat miris hati rakyat. Terakhir juga kasus suap  yang menimpa seorang anggota DPR dari FPPP M Amin Nasution, yang diduga menerima suap kasus pengalihan status hutan lindung. Ironisnya ketika ditangkap di sebuah hotel Jakarta dengan seorang pejabat Pemda Bintan Kepri (diduga oknum penyuap)
bersama 2 orang PSK. Kita tidak  tau apa fungsi mereka bersama mereka saat itu, tapi belakangan memang KPK meralat dua wanita itu bukan PSK tetapi teman dari Amin.

Untuk melihat lebih dekat gambaran kecil tingkah laku anggota dewan saat sidang, cobalah lihat 


Itu siapa yang ngorok itu....? Keluar saja..

Melihat fenomenat tersebut, tak ada salahnya Slank "menonjok" mereka dengan satu bait lirik  lagu dalam lagu "Gosip jalana"-nya yang belakangan hits lagi.
Coba simak aja deh:


GOSSIP JALANAN
 
Pernah kah lo denger mafia judi
Katanya banyak uang suap polisi
tentara jadi pengawal pribadi
Apa lo tau mafia narkoba
keluar masuk jadi bandar di penjara
terhukum mati tapi bisa ditunda
Siapa yang tau mafia selangkangan
Tempatnya lendir2 berceceran
Uang jutaan bisa dapat perawan
Kacau balau … 2x negaraku ini …
Ada yang tau mafia peradilan
tangan kanan hukum di kiri pidana
dikasih uang habis perkara
Apa bener ada mafia pemilu
entah gaptek apa manipulasi data
ujungnya beli suara rakyat


Mau tau gak mafia di senayan
kerjanya tukang buat peraturan
bikin UUD ujung2nya duit


Pernahkah gak denger triakan Allahu Akbar
pake peci tapi kelakuan bar bar
ngerusakin bar orang ditampat2

( Slank)


Aku salut dengan sikap Slank yang tidak takut dengan  ancaman DPR. Ini adalah sebuah proses kritik rakyat yang melihat perilaku penguasa yang tidak baik. Tapi akhirnya kita serahkan aja ke masyarakat yang menentukan,"Vox Populi Vox Dei" -suara rakyat suara Tuhan- begitu kata sebuah  jargon  demokrasi.
Matur Nuwun....

[+/-] Selengkapnya...

Ketajaman Ramalan Jayabaya ...

Tergelitik baca opini di Kompas 8 maret 2008 lalu . Jadi inget waktu mudik Idul Adha Desember 2007 lalu aku beli buku mini "Ramalan Jayabaya". Sayang Cuma bait-bait terakhir yang ada. Bercerita tentang apa yang mungkin -namanya juga ramalan- akan terjadi di bangsa ini beberapa waktu yang akan datang (mungkin sekarang ini).
Beberapa waktu lalu juga sempet nonton film "Kala" yang sedikit menyitir tentang ramalan tersebut, tapi sayang film ini sangat naggung dalam mengambil wacana sejarah ini ke dalam sebuah cerita yang lebih berbobot. 
Mungkin kurang melakukan survey, sehingga takut jika ditanya tentang  bukti sejarah secara otentik. Akhirnya seperti sebuah bumbu dan tempelan saja tema  tersebut.
Sampai saat ini juga masyarakat dibuai harapan akan datangnya "Ratu Adil" yang juga disinggung oleh Jayabaya. Seorang pemimpin yang datang menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan. Harapan yang indah memang, karena Setiap era peradaban hampir pasti mempunyai impian dan harapan sang juru selamat.
 
--Sebuah image tokoh film "Kala". Nyatakah "Ratu Adil"itu?--

Contoh Aktualitas Ramalan Jayabaya dapat di simak dari beberapa petikan tulisan Aloys Budi Purnomo berjudul "Menimbang
Ramalan Jayabaya" di KOMPAS 8 maret 2008 ini;

”Wolak-waliking zaman”

Sebagai raja dan pujangga, Jayabaya memandang jauh ke depan dengan mata hati dan perasaan. Ia meramalkan keadaan kacau balau, yang disebutnya sebagai wolak-waliking zaman. Keadaan zaman serba jungkir balik.
Keadaan wolak-waliking zaman terjadi karena akeh janji ora ditetepi. Akeh wong wani mlanggar sumpahe dhewe. Manungsa padha seneng nyalah. Ora nindakake hukum Allah. Barang jahat diangkat-angkat. Barang suci dibenci.
Sungguh mendasar prediksi Jayabaya terhadap perilaku sosio-politik. Bukankah dewasa ini ramalannya kian terbukti? Banyak orang ingkar janji, melanggar sumpah jabatan, dan senang berbuat salah, saling melempar kesalahan! Hukum Allah diabaikan. Yang jahat diangkat-angkat, yang suci dibenci.
Tidakkah perilaku ”oknum” anggota legislatif, eksekutif, dan yudikatif ”menggenapi” ramalan itu? Tengoklah rakyat yang terus-menerus harus gigit jari karena janji-janji yang diberikan para elite politik dan kekuasaan dicampakkan, habis manis sepah dibuang.
Kasus lumpur Lapindo, penggusuran, pembunuhan aktivis pembela HAM, dan banyak kasus lain serupa pun amat relevan dan signifikan ditempatkan dalam bingkai ramalan itu!
Kemudian pada penjelasan berikutnya disebutkan bahwa seakan Ramalan Jayabaya pun menjadi kebenaran, seperti;
>>Wong bener thenger-thenger
(yang benar termangu-mangu tak habis berpikir karena dipersalahkan dan tidak diperhitungkan).
>>Wong salah bungah
(yang salah gembira ria). Wong apik ditampik-tampik (orang baik ditolak-ditampik).
>>Wong jahat munggah pangkat
(yang jahat naik pangkat). Itulah tanda wolak-waliking zaman.
Wolak-waliking zaman terjadi di bidang hukum dan keadilan. Banyak keputusan hukum mengabaikan rasa keadilan (ukuman Ratu ora adil) akibat keanehan kekuasaan yang jahat (akeh pangkat sing jahat lan ganjil), tebar pesona di atas penderitaan rakyat (akeh kelakuan sing ganjil).


Absennya nurani
 

Keadaan zaman yang jungkir balik merupakan akibat dari absennya nurani dalam hidup manusia. Tiada lagi kepekaan. Tata susila pun diabaikan (kasusilan ditinggal). Ini terindikasikan pada perilaku manusia yang sudah lali kamanungsan (lupa pada aspek kemanusiaan), perikemanusiaan kian hilang (prikamanungsan saya ilang). Bahkan, prikamanungsan diiles-iles, perikemanusiaan diinjak-injak!
Absennya nurani berdampak pada praktik korupsi dan segala akarnya.
Menurutnya:
Akeh manungsa mung ngutamake dhuwit. Luwih utama ngapusi. Wegah nyambut gawe. Kepingin urip mewah. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka.
Ramalan ini pun menjadi kenyataan: banyak orang mengutamakan uang, maka mulai menipu dan korupsi. Inginnya kaya-raya, tanpa kerja keras, melampiaskan keserakahan, menghalalkan segala cara.
Lebih dari itu, tiadanya nurani yang mengarahkan kehidupan manusia membuat manusia kian durhaka.
Angkara murka ngambra-ambra (angkara murka kian merajalela),
akeh wong angkara murka (banyak orang angkara murka),
nggedhekake duraka (membesar-besarkan durhaka).
Membaca Ramalan Jayabaya, rasa hati ini kian teriris menangis. Masih banyak ratusan kalimat prediktif bernada negatif lain yang diserukan Jayabaya. Merenungkan ramalannya, kian tergambar jelas keadaan Indonesia saat ini yang terpuruk oleh keadaan zaman yang jungkir balik karena orang tidak lagi mengedepankan hati, kemanusiaan, keadilan, dan kebenaran.
Kita pun tidak tahu lagi, entah kapan Ramalan Jayabaya itu tidak lagi terbukti untuk sepak terjang kehidupan bernegara dan berbangsa di republik ini!


Aloys Budi Purnomo Rohaniwan; 
Pemimpin Redaksi Majalah Inspirasi, Lentera yang Membebaskan-Semarang


AduhMemang jaman ini semakin terbolak balik. Tak tau dimana orang ingin jujur meletakkatan kejujuranya. Orang yang rendah hati mencoba bersahaja dianggap sebuah kemunafikan. Satu lagi tentang ramalan-mungkin menurutku lebih tepatanya analisis- tentang Jaman ini. Syair yang menguatkan perkiraan Jayabaya yang lebih aktual, tak lain tak bukan adalah Roggowarsito. "Jongko Jayabaya" dan "Serat Kalatidha" karya R.Ng. Roggowarsito sang pujangga fenomenal itu bisa menjadi renungan tentang apa yang sedang dan akan terjadi di bangsa ini. Sebuah bait terkenal berikut pastilah tak asing di telinga kita;

Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali Luwih begja kang eling lawan waspada


Syair inipunya arti :
Hidup didalam jaman edan, memang repot.
Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak
mengikuti geraknya jaman
tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita
kelaparan.
Namun sudah menjadi kehendak Tuhan. Bagaimanapun juga
walaupun orang yang lupa itu bahagia namun masih
lebih
bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.


Memang, apa lagi yang akan kita punya selain sikap waspada, menjaga keyakinan dan keimanan kita ditengah berbagai gejolak yang semakin tak menentu ini.
Matur Nuwun...


[+/-] Selengkapnya...