Hidup tak lepas dari sebuah pencarian dan kegelisahan berkelanjutan. Pencarian yang bisa jadi harus kita tebus dengan sesuatu yang mungkin tak akan bisa dipahami banyak orang. Kegelisahan juga kadang menjadi wujud eksistensi bahwa kita "ada dan mencoba ada".
Weekend kemarin di sela waktu istirahat akhir minggu, tak sadar tersentuh dengan pesan sebuah film garapan Sean Penn. “Into the Wild" diangkat dari kisah nyata perjalanan seorang diri Crishtoper McCandless berproses dalam pencarian makna kebebasan dan kebahagiaan hidup. Merelakan uang tabungan untuk amal, meninggalkan semua kemewahan dunia dan segala tempelannya demi satu obsesi gila, menembus pedalaman Alaska mencari makna hidup sesungguhnya yang kini belum dia temukan.
Seperti sebuah episode kejadian berhikmah, malamnya dengan rencana sepontan dengan temenku, berempat tengah malam melakukan Touring Motor kecil-kecilan ke kawasan Pucak. Perjalanan ini mengingatkanku kesan perjalanan Mc Candless ke pedalaman Alaska. Dingin mencekat ketika perjalanan baru sampai perempatan Gadog.
Lewat pukul satu Perjalanan berhenti, untuk shalat dan istirahat melihat panorama Puncak Malam hari, tepatnya areal masjid At-Ta'awun. Cuaca berkabut dan dngin mencekat, tetapi kusempatkan berpikir sejenak diantara obrolan canda dengan teman. Bagaimana rasanya jika di pedalaman Alaska ya?
Bisa jadi pada titik ini aku mulai memahami bagaimana keras kepalanya McCandless mencari apa yang menjadi pencarian hidup dia. Kebahagiaan macam apa yang dia cari dengan berselaras dan menyendiri dengan alam, yang justru membunuh dia dengan keganasanya.
Jika aku ke puncak kemarin cuma mengikuti sebuah rasa penasaran:
>"Mengapa kita perlu naik ke tempat Tertinggi?".
>Sepontan aku dapat jawaban bahwa di tempat tertinggi kau akan menemukan dan melihat sesuatu dengan berbeda".
Mungkin begitulah kita seharusnya menghadapi permasalahan hidup.Kita lihat semuanya dari atas (baca segalanya) biar kita bijak menghadapinya.
Pencarian McCandless sendiri berakhir pada satu pemahaman bahwa kesendirian dia menembus Alaska mencari kebahagiaan terbentur keadaan sebuah kesadaran dia, Bahwa kebahagiaan yang tidak bisa dibagi bukanlah kebahagiaan...Happiness is only real when its shared.
Bisa jadi dua hal dan kejadian yang terlalu maksa aku hubungkan.
Puncak dan Alaska memang tempat jauh berbeda, dan akan lebih berbeda jika kita memahami dengan perasaan berbeda. Tapi empat pencarian hidup kita bisa jadi akan berakhir dimana saja. Tapi yang paling penting, setiap orang tak akan pernah lelah mencari makna hidup. Pencarian yang tak akan bisa dipahami setiap manusia. Karena Hidup memang kadang tak butuh pemahaman dan pengakuan...huff..
Antara Alaska dan Puncak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
16 komentar:
Antara Alaska & Puncak hmm bakalan jd saingannya Antara Anyer & Jakarta deh ni kayanya hehehe
Wah,ini bisa jadi lebih seru Wen. Jikalau Anyer dan Jakarta Jalanya cuma lurus aja. Ke Puncak Saja naik dan berkelok. Apalagi ke Alaska? Pasti Lebih romantis dari segala keromanatisan...ha2.
hahaha....
nyambungnya enak. Untung aja kemarinnya nonton Into d Wild. Kalo ga, ke Puncak hanya berarti acara begadang sekelompok orang kesuatu tempat.....
He2..hidup itu kadang memang deretan kebetulan yang menyentil kita. Tinggal kita mau memaknai kebetulan ato tidak. He2.. siang2 kok enak ya berfilosofis.
halah komen aja pake filosofis juga....
aku suka tempat tinggi karena aku tidak mau di tempat rendah...
aku tidak mau meninggikan karena takut direndahkan..
tapi terkadang saat di tempat rendah...ternyata tempat yang tinggi jauh lebih enak....
hi hi hi..
benar juga mencari yang belum terpikir dan mencari yang mungkin terpikir, semua adalah konsumsi sendiri.disaat ketemu jadi kenyang. dan tak perlu kita bersendawa untuk menunjukkan sisa yang terselip digigi.
@oco:
ha2...
@bagus pras:
oke deh.. pokoe tempat tingi mengasikkan kok.
@naza luckzana:
woah filosofis banget mas.. terima kasih deh..
setelah kehilangan "sesuatu" baru "makna" itu terlihat, padahal sehari-hari ada di depan mata.
atau sebaliknya
setelah menggenggam "makna" kita tidak pernah lagi takut kehilangan "sesuatu".
yg jelas, ke puncak ataupun ke alaska.. dari sana kita bisa melihat n menyadari, betapa kecilnya kita ini.. ditengah anugrah Tuhan yang sangat luas indah dan megah..
waaa... kalo udah malem agak 'bener' nih bahasaku..
@firman rissaldi:
memang betul mas, seringkali kok kesadaran datang setelah kita kehilangan ya.terlambat dong jadinya.
@tyas:
beruntung ya jika kita masih selalu diberi kesempatan untuk selalu bersyukur. Bersyukur bisa memiliki rasa syukur...
hmm...kyknya most of the time share itu menyenangkan deh mas :)
eh btw, care about link exchange ?
aku bookmark blog ini ya :D
yup, berbagi itulah hidup...
thx ya jingga, aku udah link your blog..thx
selalu melihat kebawah jgn ke atas trs
wah asyik dunk jadi nggak perlu lagi ke alaska buat piknik, ke puncak aza cukup :P
bener bgt tuh kalimatnya..
Hmm Kebahagiaan ya..
sayang , saat ini kata itu ajuh dari kenyataan
Brrrrrrrr..
Posting Komentar