Mudik Lebaran; Perjalanan dan Hakikat...



Mudik menjadi ritual yang aku nantikan dua-tiga tahun ini setelah merantau meniti jati diri. Saat Hari Raya Idul Fitri bersama jutaan kaum urban lainya, ikut terlarut jugadiriku dalam ritual tahunan. Dianugerahi keluarga yang masih lengkap, alhamdulillah mudik serasa pelengkap kebahagiaan bersama keluarga.
Bagiku sendiri mudik lebih aku maknai sebagai perjalanan pulang yang paling hakiki kehidupan sebelum mudik ke kampung akherat. Pulang mudik ibarat menengok ke belakang, seberapa jauh kita melangkah pergi. Seberapa jauh pencapaian kita mencari "sangkan paraning dumadi" dalam hidup kita ini.

Rumah adalah titik nol diriku berproses, dan kembali ke titik nol adalah wujud kesadaran sebagai manusia. Kita ini berasal dari bukan apa-apa dan menjadi apa-apa. Sejenak merenung tentang hakikat dasar kita ini. Semoga mudik besar kita di dunia ini menjadi bekal Mudik besar kita kelak ke kampung Akherat..
Mudik juga suka cita, berbagi dan Kebahagiaan terbesar adalah kebahagiaan yang dibagi. Berbagi adalah sama rasa dalam satu keikhlasan berbagi. Sejenak saling membuka hati membuka pintu maaf kepada sesama
Dengan tulus ikhlas Ijinkan saya sekaligus mengucapkan :

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

Taqobalallohu Minna Waminkum Taqobbal Yaa Kariim...Amin

[+/-] Selengkapnya...

Catatan Akhir Ramadhan



Sejurus pertanyaan mengemuka, kenapa Sebuah akhir peristiwa perlu dibuat catatan?. Bisa jadi catatan adalah cara termudah untuk kita selalu ingat peristiwa. Manusia tempatnya lupa, sebaik-baik pelupa adalah menyadari kelupaanya. Kuingin mencatat apa yang kuingat diantara kelupaanku. Kuingin menulis sejauh aku mampu, dan kuingin catatan ini sebagai pengingat semoga kita bertemu Ramadhan lagi tahun depan. Sebagai wujud doa terkahir di penghujung bulan suci ini.

Kenapa Akhir Ramadhan ?
Bisa jadi akhir Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang memberi kita dua perasaan yang berkebalikan. Kesedihan dan Kesukacitaan menjadi perasaan campur aduk di ujung bulan ini. Sebuah peristiwa biasanya memunculkan satu perasaan. Ditinggal orang terkasih bisa jadi sangat menyedihkan. Satu sisi menanti datangnya sang kekasih adalah sebuah kebahagiaan terbesar.
Di akhir bulan ini dua menjadi satu, satu bulan dua makna. Kesedihan karena segera ditinggalkan bulan yang penuh karunia ini. Di samping itu kita juga diliputi kebahagiana terbesar menyambut hari kemenangan “Idul Fitri”. Kebahagiaa berkumpul dengan sanak saudara, bersilaturahmi, puncak ukhuwah umat. Semua tercampur di ujung Ramadhan kali ini.
Sebulan Berpuasa dan menjalankan indahnya beribadah lainnya di bulan Ramadhan membawa satu pesan, semoga spirit ini tetap ada setelah kita melewatinya. Satu bulan bersekolah ruhani –dari hikmah ibadah puasa- semoga cukup membekali kita untuk selalu berperilaku bijak 11 bulan berikutnya. Sedikit bekal untuk menyokong keimanan kita di setiap perbuatan di keseharian kita.
Manusia memang haruslah berusaha menembus batas pikiran dalam melihat setiap peristiwa. Ilmu tertinggi dari setiap peristiwa adalah hikmah. Hikmah dari Ramadhan tahun ini menurutku ; Bila kita dipertemukan dengan dua perasaan yang saling berkebalikan, Inilah hikmah kita untuk selalu seimbang dalam kehidupan. Janganlah sedih berlebihan dan jangan pula bersukaria melampaui batas.Aku sedih segera ditinggalkan ramadhan tahun ini, tapi aku juga bahagia dengan hadiah kemenangan dari Allah SWT…
Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan....amin.

[+/-] Selengkapnya...

Laskar Pelangi, Akankah Menembus Batas..?



Film "Laskar Pelangi", sebuah adaptasi Novel karya Andrea Hirata akhirnya Release juga 25 September 2008 besok. Diputar serentak di 75 layar bioskop di Indonesia menjadikan film ini salah satu pilihan menghabiskan liburan panjang Idul Fitri 1429 H. Sebelum diangkat ke layar lebar, versi novel "Laskar Pelangi" telah menjadi perbincangan hangat dan lumayan panjang jagat satra Indonesia. Dari seorang yang sama sekali belum di dunia sastra sebelumnya, Andrea Hirata menyita perhatian dengan langsung menulis tetralogi "Laskar pelangi". Sebagai tambahan, Buku terakhir dari tetralogi ini belum diterbitkan, tetapi tiga bagian awal sangat memberi warna baru sastra Indonesia.

Penceritaan khas Andrea yang khas mengenai kisah masa kecilnya patut diacungi jempol. Disamping itu, tema cerita yang  segar memberi  banyak membuat trance pembaca akan memori masa kecil. Memori masa kecil, sebuah tema ringan tetapi mampu membuat kesadaran kita akan mimpi seorang anak manuasia. Di dalam benak kita masing-masing pasti akan sejurus dan sepakat dengan keindahan memori masa lalu kita. Pada titik ini Andrea Hirata menurutku menjdi simbol pemicu semangat kita untuk selalu tak patah semangat mewujudkan mimpi.
Berkisah tentang  masa kecil Andrea Hirata bersama sembilan teman SD Muhammadiyah-nya di Belitong  untuk tetap bersemangat sekolah di tengah kondisi memprihatinkan dari sekolah mereka. Dalam asuhan Ibu Muslimah yang gigih,  keterbatasan keadaan dari 10 anggota Laskar Pelangi yang tak jadi penghalang semangat untuk menggapai mimpi-mimpi besar mereka. Kondisi yang meyatukan mereka dalam mimpi besar 10 anak manusia. Membacanya paling tidak akan muncul kesadaran kita arti sebuah mimpi dan kecintaan kita kepada bangsa ini. Segala kondisi yang tergambar akan menumbuhkan empati kita akan semangat mereka. Inilah Indonesia...apa adanya.
Bagaimana dengan filmnya? 
Sebagaimana sebuah adaptasi. Laskar Pelangi versi film tentu akan mendapat beban berat. Gambaran indah tentang Pulau Belitong, karakter kuat anggota laskar pelangi ; Ikal, Lintang, Mahar, Syahdan, Borek, Kucai, A Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Flo, dan A Ling terlalu kuat membekas di benak penonton -yang sudah mebaca novelnya-. Keberanian Duet Mira Lesmana-Riri Reza mengambil tokoh lokal yang awam di dunia akting memang sedikit memunculkan pertanyaan. Tetapi hal ini bisa dipahami dengan alasan lokalitas, suasana chemistry antar pemain dan naturalitas yang harus muncul dalam film ini. Satu alasan lagi mungkin aksen melayu belitong yang tak akan mudah cepat diucapkan oleh anak teater dari Jakarta sekalipun. Pengimbangan tokoh dewasa yang diisi tokoh papan atas semacam; Cut Mini,Lukman Sardi, Tora Sudiro, Slamet Raharjo, Alex Komang, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka, Robbie Tumewu, JaJang C. Noer dan tokoh besar lainya membuat harapan besar kita masih tetap terjaga.
Saya sendiri akan menempatkan film ini sebagai bagian terpisah dari keberhasilan novelnya. Kesuksesan novelnya biarlah menjadi ceritera tersendiri dan bisa saja akan berlanjut jika filmnya mendapat respon pasar. Kasus serupa di Indonesia semisal film Ayat-ayat Cinta bisa menjadi gambaran bagaimana keduanya bisa menembus batas dari dunia masing-masing. Batas usia, batas selera pasar maupun batas dikotomi sebuah pasar hiburan modern. Laskar pelangi sendiri hampir bersegmen semua umur. Muatan pesan yang dibawa film ini yang cocok bagi kondisi bangsa ini yang butuh pemompa semangat. Saat ini kita butuh tontonan yang bermutu yang mampu menembus batas sebagai sebuah tontonan. Pertanyaannya, mampukah "Laskar Pelangi" mampu menembus batas...? Kita tonton saja sebagai hadiah liburan panjang kita...
Salam hangat...

Catatan:
Gambar diambil dan diolah seperlunya dari situs resmi film :http://www.laskarpelangithemovie.com/

[+/-] Selengkapnya...

Ironi Kemiskinan


Kemiskinan barangkali akan selalu berjalan beriringan dengan kemajuan peradaban manusia. Dimanapun sebuah kemajuan tentu akan menyimpan kemiskinan di bawah alas kakinya. Bilapun ini hilang maka tak lebih dari sebuah angka statistik penguasa dan kaum kuasa.
Senin lalu (15/09/08) 21 orang wanita meninggal dunia saat mengantri zakat dari seorang dermawan di Pasuruan Jawa Timur. Tragedi Pasuruan ini mungkin adalah contoh kecil diantara fenomena kemiskinan yang terjadi di negeri ini. Karena masih banyak kejadian serupa sebagai wujud gagalnya negara memberi perlindungan dan penghidupan layak bagi rakyatnya. Begitu akut dan mengerikankah kemiskinan di negeri ini?
Pandangan awam selalu berpendapat bahwa pemerintahlah yang bertanggung jawab. Kemiskinan di Indonesia lebih karena kesalahan sistemik yang berkelanjutan. Birokrasi yang korup, kapaitalisasi dan liberalisasi yang "tak bisa dilogika" adalah contoh sahih kita men-judge pemerintah.
Kemiskinan memang menyesakkan bagi rakyat, tetapi bisa jadi tidak bagi penguasa. Kemiskinan di pundak rakyat adalah realitas hitam yang harus dilunturkan perlahan dengan cucuran keringat dan regangan nyawa. Bagi penguasa kemiskinan tak lebih dari sebuah sampah dan omong kosong angka statistik yang lebih berorientasi pasar dan investasi. Laporan tahunan, keberhasilan ekonomi dan kemajuan tak berarti apa-apa bila dibenturkan dengan kelaparan akibat kemiskinan. Kelaparan adalah hari ini, sedangkan statistik adalah laporan yang moga-moga benar adanya.
Dalam sudut pandang agamapun, kemiskinan adalah musuh utama. Karena kemiskinan selalu selaras dengan keterbelakangan, yang menjadi spirit Iqra dalam kehidupan. Kemiskinan adalah wujud pelemahan dan proses kematian.
Tak tahu arah dan sebab letupan ini sepontan muncul. Kemiskinan bisa jadi wujud ketidakadilan, karena tak akan menjadi pilihan bagi kita semua. Tetapi kemiskinan adalah ujian bagi kita untuk selalu berusaha melihat ke bawah dan menariknya ke atas menjadi sebuah narasi indah bernama kemakmuran. Masyarakat madani adalah cita-cita bersama. Wujud kebebasan kita, salah satunya tentu bebas dari kemiskinan dan keterbelakangan.
Malam ini nampaknya bayangan kemiskinan masih menjadi teman mimpi-mimpi negeri ini...huff..

[+/-] Selengkapnya...

Iklan dan Ramadhan


Iklan produk di berbagai media (khususnya TV) seakan sudah menjadi senjata utama produsen untuk mengambil hati penonton. Sambil lalu, sekedar dan sejenak menikmati berita ataupun acara yang kita menikmati, kita tak lepas dari iklan. Iklan kadangkala menjadi panduan keaktualan informasi ataupun fenomena sosialitas masyarakat.

Tak jarang dari iklan  muncul kata-kata yang sangat populer. Baru- baru ini banyak orang berkata "Cumi...= cuma minjem..." yang berasal dari iklan sebuah provider Operator sellular. Atau istilah semacam Ok's banget beberapa waktu lalu sangat latah diucapkan, juga tagline produk lain tak sedikit yang sangat membenak di hati penonton. Bahasa iklan kadang mengalahkan bahasa populer lainnya di masyarakat. Iklan adalah bahasa gampang yang gampang menarik minat orang.

Iklan di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan tak lepas dari incaran produsen untuk lebih gencar menawarkan produknya dengan kretifitas iklannya. Tak sebatas an sich   menawarkan Produk tetapi bisa berwujud iklan masyarakat sebagai wujud aware,berbagi ataupun rasa peduli  sebuah produk kepada konsumen.
Aku memandang positif hal ini sebagai sebuah kepekaan produsen untuk senantiasa dekat dengan konsumen. Suatu saat sepontan diriku haru melihat Iklan sebuah Provider Operator Seluler. Makna puasa secara halus dibawa ke arah saling berbagi dan berbuat kebaikan. " Tak  Pernah Putus Berbagi kebaikan" seperti terngiang di hati kita. Atapun sebuah iklan perusahaan pemerintah yang juga menyentil tentang makna berbagi di bulan suci ini dengan montir bengkel yang tidak mudik untuk tetap berbagi dengan sesama.
Iklan memang menjadi urat nadi media untuk tetap hidup. Saking kuatnya peran iklan, dia bisa masuk sebagi subyek utama atau peran penting di sebuah acara. Bila anda menyukai Sinetron pengantar sahur "Para Pencari Tuhan 2", tentu akan merasa hal berbeda dengan tayangan tahun lalu. Bahasa dakwah yang sederhana dan menyentuh memang masih tetap layak menjadi acungan jempol untuk Deddy Mizwar. Yang agak lucu adalah masuknya iklan dalam jalinan cerita yang kadang kala terlihat sangat vulgar. Ambil contoh kasus Tokoh Pak RW yang sering bersendawa tanda masuk angin, secara sepontan tokoh lain menyodorkan sebuah obat anti masuk angin. Dalam adegan lain tokoh Azam yang bertengkar dengan pacarnya di mobilnya, tiba-tiba Azam memaksa memasang kunci mobil. Adegan berikutnya kamera sepontan terfokus beberapa detik ke gantungan kunci yang merupakan merk Oli Sintetis. Cerdas tetapi terlalu vulgar, tak jarang mengganggu konsentrasi kita. Kita telah menyediakan waktu lama buat porsi iklan yang mau lewat, ternyata dalam acarapun kita tak boleh lepas dari jerat iklan.
Terlepas dari semuanya, sah-sah saja memang iklan dengan cara kreatifnya mencengkeram kita.  Dalam hal kasus sinetron PPT2 aku melihat dilematisnya memang tontonan bagus dan sarat tuntunan bila berhadapan dengan iklan sebagai kaki tangan kapitalisme. Bahasa dakwah tak selamanya sejalan dengan bahasa iklan.
Ada perbedaan tajam diantara keduanya.Keberhasilan dakwah tak melulu berhasil bila dilihat dari banyaknya pengikut, bahasa iklan sebaliknya. Iklan sebagai fenomena produk kapitalisme memang tak pernah sadar dengan dengan usaha tanpa batas dan tanpa kenal ampun.
Kapitalisme memang tidak sepenuhnya salah dengan segala perilakunya, Tetapi akan salah bila kita Memuja-nya seperti halnya kita mendewakan keduniaan yang fana ini.....

[+/-] Selengkapnya...

Ramadhan Bulan Perenungan


Alhamdulillah empat hari sudah kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini. Banyak ragam suka , cita dan keantusiasan umat muslim menyambutnya. Tetapi satu sisi kita lihat rutinitas kita membingkai Ramadhan kita kali ini menjadi bulan yang biasa-biasa saja. Keduniaan kita seakan melihat Ramadhan adalah bulan yang sejenak lewat. Kerugian besar yang mungkin baru kita sadari bila bulan ini telah lewat.

Sesungguhnya, bulan Ramadhan ini bisa menjadi media perenungan dan evaluasi perjalanan hidup kita. Kesempatan kita bermuhasabah kepada yang Maha Pemberi dan Tempat segala  keluh kesah kita. Dalam hal kehidupan dunia kita, Ramadhan kadang kala menjadi puncak dari proses keagamaan kita. Kesucian bulan ini akan membuat siapapun orang yang merasa beriman untuk sejenak berkhidmad dalam ibadah kepada Azza Wa Jalla. Bila pada bulan-bulan lainnya kita seperti lepas -setidaknya bingkai kita menjalani hidup-, di bulan ini kita mencoba berlatih menahan segala bentuk nafsu demi sebuah kemengangan indah.
Ramadhan adalah ajang "Madrasah Ruhaniah" kita. Kita mencoba melakukan yang terbaik. Dalam hal ibadah bila awal-awal ibadah puasa kita seperti terbebani, bisa jadi kita perlahan-lahan terlatih menahan segala godaan nafsu. Inilah adalah analogi proses kehidupan ini. Segala perjuangan kita akan kita akhiri dengan sebuah kemenangan besar di hari Idul Fitri.
Tawazun (keseimbangan)
Bulan Ramadhan ini memang menjadi kesempatan terbesar kita untuk sekedar menyeimbangkan dikotomisnya pikiran kita dalam beraktifitas. Kehidupan dunia yang semakin hedonis secara perlahan menggerogoti benteng keimanan setiap insan tanpa kecuali. Ramadhan adalah bulan kita mencoba menakar timbangan amalan kita. Bulan ini sekedar menengok sebelas bulan sebelumnya akan segala tindak-tanduk kita. Keduniaan kita secara perlahan tanpa kita sadari memercikkan air asam di hati kita, akhirnya perlahan hati kita akan berkarat. Bila karat telah hinggap di hati kita, entah kapan dan cara radikal apa untuk bisa membersihkanya. Ramadhan inilah kesempatan besar kita untuk membersihkan karat di hati kita.
Tiga puluh hari bisa jadi waktu yang lama, bila kita melihat ibadah di bulan ini sebagai beban. Tiga puluh hari bisa jadi waktu yang singkat bila kita selalu rindu kedatangannya karena sadar banyaknya berkah dan Karunia-Nya. Bulan seribu bulan, kesempatan terbesar kita untuk merenung.
Perenungan adalah kesempatan terbesar bagi manusia untuk sejenak menyadari eksistensinya sebagai manusia yang beriman, untuk berproses menjadi insan Muttaqin,pada akhirnya menuju Insan Kamil.
Semoga kita tetap Istiqomah beribadah di Bulan Ramadhan ini...

[+/-] Selengkapnya...