Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan

Satu Tahun dalam Satu Episode Kartun



Bisa jadi ini hal yang tak terlalu penting, bahkan terkesan remeh-temeh. Tetapi sindiran yang agak menggelitik, tak ada salahnya aku comot dari kartun si Beny n Mice Kompas minggu lalu sebagai bahan renungan kita.
Pertama kita akan pasti tertawa melihat cerita dalam adegan ini.
Tetapi sejenak kemudian pasti kita terhenti, bukankah kita menertawakan diri kita sendiri?

Rutinitas kaum urban yang mencari penghidupan di kota. Kerja keras dan rutinitas dalam keseharian, bisa jadi tanpa jeda. Di hari lebaran kita berhasrat merayakan perjuangan kita di kampung halaman. Bagi-bagi kebahagiaan dengan sesama, dan ini mungkin kebahagiaan tertinggi manusia ; “berbagi”. Puncak dari upaya menunjukkan pencapaian kita. Pada akhirnya jeda itu selesai dan kembali ke ritme semula, dan mulai dari nol..
Sesimple itukan hidup kita (khususnya kaum urban)? Saking simplenya hanya cukup diwakilkan dalam sebuah episode kartun.
Nyatanya hidup itu memang simple, kita saja yang membuat hidup ini rumit…

NB; Gambar diambil dari Kompas edisi e-paper

[+/-] Selengkapnya...

Catatan Akhir Ramadhan



Sejurus pertanyaan mengemuka, kenapa Sebuah akhir peristiwa perlu dibuat catatan?. Bisa jadi catatan adalah cara termudah untuk kita selalu ingat peristiwa. Manusia tempatnya lupa, sebaik-baik pelupa adalah menyadari kelupaanya. Kuingin mencatat apa yang kuingat diantara kelupaanku. Kuingin menulis sejauh aku mampu, dan kuingin catatan ini sebagai pengingat semoga kita bertemu Ramadhan lagi tahun depan. Sebagai wujud doa terkahir di penghujung bulan suci ini.

Kenapa Akhir Ramadhan ?
Bisa jadi akhir Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang memberi kita dua perasaan yang berkebalikan. Kesedihan dan Kesukacitaan menjadi perasaan campur aduk di ujung bulan ini. Sebuah peristiwa biasanya memunculkan satu perasaan. Ditinggal orang terkasih bisa jadi sangat menyedihkan. Satu sisi menanti datangnya sang kekasih adalah sebuah kebahagiaan terbesar.
Di akhir bulan ini dua menjadi satu, satu bulan dua makna. Kesedihan karena segera ditinggalkan bulan yang penuh karunia ini. Di samping itu kita juga diliputi kebahagiana terbesar menyambut hari kemenangan “Idul Fitri”. Kebahagiaa berkumpul dengan sanak saudara, bersilaturahmi, puncak ukhuwah umat. Semua tercampur di ujung Ramadhan kali ini.
Sebulan Berpuasa dan menjalankan indahnya beribadah lainnya di bulan Ramadhan membawa satu pesan, semoga spirit ini tetap ada setelah kita melewatinya. Satu bulan bersekolah ruhani –dari hikmah ibadah puasa- semoga cukup membekali kita untuk selalu berperilaku bijak 11 bulan berikutnya. Sedikit bekal untuk menyokong keimanan kita di setiap perbuatan di keseharian kita.
Manusia memang haruslah berusaha menembus batas pikiran dalam melihat setiap peristiwa. Ilmu tertinggi dari setiap peristiwa adalah hikmah. Hikmah dari Ramadhan tahun ini menurutku ; Bila kita dipertemukan dengan dua perasaan yang saling berkebalikan, Inilah hikmah kita untuk selalu seimbang dalam kehidupan. Janganlah sedih berlebihan dan jangan pula bersukaria melampaui batas.Aku sedih segera ditinggalkan ramadhan tahun ini, tapi aku juga bahagia dengan hadiah kemenangan dari Allah SWT…
Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan....amin.

[+/-] Selengkapnya...

Ramadhan Bulan Perenungan


Alhamdulillah empat hari sudah kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini. Banyak ragam suka , cita dan keantusiasan umat muslim menyambutnya. Tetapi satu sisi kita lihat rutinitas kita membingkai Ramadhan kita kali ini menjadi bulan yang biasa-biasa saja. Keduniaan kita seakan melihat Ramadhan adalah bulan yang sejenak lewat. Kerugian besar yang mungkin baru kita sadari bila bulan ini telah lewat.

Sesungguhnya, bulan Ramadhan ini bisa menjadi media perenungan dan evaluasi perjalanan hidup kita. Kesempatan kita bermuhasabah kepada yang Maha Pemberi dan Tempat segala  keluh kesah kita. Dalam hal kehidupan dunia kita, Ramadhan kadang kala menjadi puncak dari proses keagamaan kita. Kesucian bulan ini akan membuat siapapun orang yang merasa beriman untuk sejenak berkhidmad dalam ibadah kepada Azza Wa Jalla. Bila pada bulan-bulan lainnya kita seperti lepas -setidaknya bingkai kita menjalani hidup-, di bulan ini kita mencoba berlatih menahan segala bentuk nafsu demi sebuah kemengangan indah.
Ramadhan adalah ajang "Madrasah Ruhaniah" kita. Kita mencoba melakukan yang terbaik. Dalam hal ibadah bila awal-awal ibadah puasa kita seperti terbebani, bisa jadi kita perlahan-lahan terlatih menahan segala godaan nafsu. Inilah adalah analogi proses kehidupan ini. Segala perjuangan kita akan kita akhiri dengan sebuah kemenangan besar di hari Idul Fitri.
Tawazun (keseimbangan)
Bulan Ramadhan ini memang menjadi kesempatan terbesar kita untuk sekedar menyeimbangkan dikotomisnya pikiran kita dalam beraktifitas. Kehidupan dunia yang semakin hedonis secara perlahan menggerogoti benteng keimanan setiap insan tanpa kecuali. Ramadhan adalah bulan kita mencoba menakar timbangan amalan kita. Bulan ini sekedar menengok sebelas bulan sebelumnya akan segala tindak-tanduk kita. Keduniaan kita secara perlahan tanpa kita sadari memercikkan air asam di hati kita, akhirnya perlahan hati kita akan berkarat. Bila karat telah hinggap di hati kita, entah kapan dan cara radikal apa untuk bisa membersihkanya. Ramadhan inilah kesempatan besar kita untuk membersihkan karat di hati kita.
Tiga puluh hari bisa jadi waktu yang lama, bila kita melihat ibadah di bulan ini sebagai beban. Tiga puluh hari bisa jadi waktu yang singkat bila kita selalu rindu kedatangannya karena sadar banyaknya berkah dan Karunia-Nya. Bulan seribu bulan, kesempatan terbesar kita untuk merenung.
Perenungan adalah kesempatan terbesar bagi manusia untuk sejenak menyadari eksistensinya sebagai manusia yang beriman, untuk berproses menjadi insan Muttaqin,pada akhirnya menuju Insan Kamil.
Semoga kita tetap Istiqomah beribadah di Bulan Ramadhan ini...

[+/-] Selengkapnya...

Marhaban Ya Ramadhan


 
 Assalamu'alaikum Waramatullahi Wabarakatuh.

Untuk Semua teman dan Saudara semua...
Dengan segala kerendahan hati, Saya Mohon Maaf Lahir
dan batin atas segala kesalahan hati, kata, tulisan dan
perbuatan yang saya buat selama ini. Sengaja maupun tak disengaja.

Selamat menunaikan ibadah di Bulan Suci Romadhon 1429H

semoga semua amalan kita diterima Allah SWT dan
dapat menjadi pendamping kita di alam akhirat nanti.
Amien...
Wassalamu'alaikum Waramatullahi Wabarakatuh.

sumber ilustrasi; Kapanlagi.com

[+/-] Selengkapnya...

Antara Alaska dan Puncak


Hidup tak lepas dari sebuah pencarian dan kegelisahan berkelanjutan. Pencarian yang bisa jadi harus kita tebus dengan sesuatu yang mungkin tak akan bisa dipahami banyak orang. Kegelisahan juga kadang menjadi wujud eksistensi bahwa kita "ada dan mencoba ada".
Weekend kemarin di sela waktu istirahat akhir minggu, tak sadar tersentuh dengan pesan sebuah film garapan Sean Penn. “Into the Wild" diangkat dari kisah nyata perjalanan seorang diri Crishtoper McCandless berproses dalam pencarian makna kebebasan dan kebahagiaan hidup. Merelakan uang tabungan untuk amal, meninggalkan semua kemewahan dunia dan segala tempelannya demi satu obsesi gila, menembus pedalaman Alaska mencari makna hidup sesungguhnya yang kini belum dia temukan.
Seperti sebuah episode kejadian berhikmah, malamnya dengan rencana sepontan dengan temenku, berempat tengah malam melakukan Touring Motor kecil-kecilan ke kawasan Pucak. Perjalanan ini mengingatkanku kesan perjalanan Mc Candless ke pedalaman Alaska. Dingin mencekat ketika perjalanan baru sampai perempatan Gadog.
Lewat pukul satu Perjalanan berhenti, untuk shalat dan istirahat melihat panorama Puncak Malam hari, tepatnya areal masjid At-Ta'awun. Cuaca berkabut dan dngin mencekat, tetapi kusempatkan berpikir sejenak diantara obrolan canda dengan teman. Bagaimana rasanya jika di pedalaman Alaska ya?
Bisa jadi pada titik ini aku mulai memahami bagaimana keras kepalanya McCandless mencari apa yang menjadi pencarian hidup dia. Kebahagiaan macam apa yang dia cari dengan berselaras dan menyendiri dengan alam, yang justru membunuh dia dengan keganasanya.
Jika aku ke puncak kemarin cuma mengikuti sebuah rasa penasaran:
>"Mengapa kita perlu naik ke tempat Tertinggi?".
>Sepontan aku dapat jawaban bahwa di tempat tertinggi kau akan menemukan dan
melihat sesuatu dengan berbeda".

Mungkin begitulah kita seharusnya menghadapi permasalahan hidup.Kita lihat semuanya dari atas (baca segalanya) biar kita bijak menghadapinya.
Pencarian McCandless sendiri berakhir pada satu pemahaman bahwa kesendirian dia menembus Alaska mencari kebahagiaan terbentur keadaan sebuah kesadaran dia, Bahwa kebahagiaan yang tidak bisa dibagi bukanlah kebahagiaan...Happiness is only real when its shared.
Bisa jadi dua hal dan kejadian yang terlalu maksa aku hubungkan.
Puncak dan Alaska memang tempat jauh berbeda, dan akan lebih berbeda jika kita memahami dengan perasaan berbeda. Tapi empat pencarian hidup kita bisa jadi akan berakhir dimana saja. Tapi yang paling penting, setiap orang tak akan pernah lelah mencari makna hidup. Pencarian yang tak akan bisa dipahami setiap manusia. Karena Hidup memang kadang tak butuh pemahaman dan pengakuan...huff..

[+/-] Selengkapnya...