3 Doa 3 Cinta…

Diantara film lokal -yang beredar di akhir tahun 2008 -rata-rata tak menarik untuk diapresiasi, film "3 Doa 3 Cinta" menjadi satu yang cukup membuat kita penasaran untuk menontonnya. Secara kasat mata bila sekilas melihat poster film, mungkin tak ada yang lebih menarik selain dua tokoh yang dipajang; Dian Sastro Wardoyo dan Nicholas Saputra. Bisa jadi keduanya menjadi satu-satunya daya jual film ini secara marketing. Tetapi terlepas dari dua tokoh utama yang kembali berduet dalam satu film, tema liku-liku kehidupan pesantren yang diangkat menjadi satu bahasan menarik. Selain itu film mendapat tempat di dua Festival film luar negeri; Pusan International Film Festival 2008 dan Dubai International Festival 208. Selain prestasi itu film ini mencatat 7 nominasi FFI 2008 lau meski cuma menang satu kategori di Pemeran Terbaik Pria oleh Yoga Pratama. Selebihnya mungkin sebatas film yang numpang lewat di tengah masih gencarnya film genre “Komedi Seks” dan “Horor Rendahan” yang tak juga kunjung habis - dan malah kelewatan- meneror selera penonton kita.

Sepengetahuan aku, tema pesantren di “3 Doa 3 Cinta” memang jarang diangkat ke layar lebar komersial. Secara budaya tulispun dulu di masa kuliah dan masih mengikuti perkembangan sastra islami generasi FLP lewat Novis-nya, seringkali memang penulis mengangkat realitas pesantren salaf tradisional - terutama yang masih banyak terdapat di pedalaman Jawa - ke dalam setting ceritra. Tetapi aku melihat selalu saja ada keterbatasan gerak sastra genre ini di masyarakat muslim secara jamak.
Kembali ke tema film “TDTC”, secara ide memang sangat keluar dari mainstream tontonan saat ini. Realitas Pesantren yang tradisional yang masih serba terbatas, bahkan jadul dan terbelakang menjadi sebuah tontonan yang tak sengaja menjadi lelucon yang sederhana namun menghibur. Berpusat pada tiga santri yang telah menjadi “sohib sejati” di keseharian pesantren. Tiga santri yang selalu menulis doanya (dalam bahasa arab) di tembok tua belakang pesantren seakan menjadi gagasan inti cerita yang dikembangkan sutradara. Huda, Rian dan Syahid adalah tiga santri dengan latar keluarga yang berbeda. Disamping tiga aktifitas yang sama-sama dijalani, ketiganya mempunyai impian masa depan yang berbeda yang diikat dalam satu semangat; “menjadi seorang yang berarti bagi kelauarga".
Huda mencari Ibunya yang sedari kecil meninggalkan di pesantren Kyai Wahab, Rian akan meneruskan usaha Foto dan Video Syuting Pernikahan dan Syahid berjuang dan selalu berdoa untuk sang Bapak yang dibelenggu oleh penyakit gagal ginjal plusmasalah ekonomi yang membelenggunya. Ketiganya berupaya menjalani ikhtiar masing-masing. Sebagai tokoh utama Huda (Nicholas Saputra), bertemu seorang “Artis Dangdut Pasar Malam” bernama Dona Satelit yang dimainkan Dian Sastro Wardoyo. Agak jadi tanda tanya juga tokoh besar Dian Sastro cuma mendapat peran tempelan di film ini. Adegan “menyanyi dan bergoyang” dan adegan latihan casting yang dinorak-norakkan adalah hadiah dan tantangan dari Nurman Hakim untuk Dian berakting di luar image selama ini.
Adegan cerita sangat enak diikuti sampai dengan setengah lebih film. Tetapi alur yang sangat lambat membuat kegusaran akan ending seperti apa yang ditampilkan Nurman Hakim.Tiga tokoh utama dengan impian masing-masing yang sangat kuat sepertinya kurang kuat disambungkan dengan satu benang merah peristiwa. Ketiganya diatangkap oleh pihak kepolisian adalah satu peristiwa kurang kuat daiantara banyaknya masalah yang mengemuka. Ending cerita yang bahagia tentu membuat pertanyaan sedikit terjawab walau tak sepenuhnya.
Kisah Cinta sesaat Huda dan Dona yang tak dilanjutkan tentu jadi tanda tanya kecil, meski diceritakan keduanya berjalan pada treknya masing-masing. Dona tetap menyanyi dan Huda menikahi Farokah (anak kyai Wahab) dan meneruskan pesantrenya. Gambarkan banyaknya hal yang ingin diakomodir sutradara adalah tentang Poligami di dalam kultur Islam. Kyai Wahab yang tak juga mendapat keturunan laki-laki sedangkan rekan kyainya yang menikah keempat kalinya, adalah realitas yang coba diselipkan Nurman Hakim diantara padatnya pesan yang akan disampaikan.
Disamping segala keterbatasan garapan Nurman Hakim ini. Setidaknya film menggambarkan potongan sketsa kehidupan santri pedalaman beserta realitas dan mimpinya. Realitas pesantren yang serba lugu, terbelakang dan terbatas tak menghalangi untuk selalu punya mimpi. Dunia bisa membatasi hidup kita, tetapi bukan mimpi dan pikiran kita.

[+/-] Selengkapnya...

Memori Kampus…

Sabtu kemarin menyempatkan diri bersepeda dengan teman sekantor menyusuri jalur sepeda kampus UI. Jalur tanah basah dan licin karena semalam ternyata Depok diguyur hujan deras. Meskipun licin, kita hajar saja jalur hutan UI meskipun beberapa kali jatuh karena hilang keseimbangan. Sehabis mencoba trak super licin yang mengelilingi danau dan hutan kampus elit ini kami mencari sarapan pagi sekitaran daerah Kukusan, yang letaknya di belakang kampus.
Suasana kampung di sekitar kampus ini mengingatkanku tentang suasana tiga sampai delapan tahun lalu ketika masa kuliah. Meskipun tak kuliah di UI, toh nuansa sekitar kampus tak ada beda U
I dan UNS. Kos-kosan, warung makan, tempat Fotocopy, Warnet dan apalah yang menyediakan tetek-bengek kebutuhan hidup mahasiswa.

Sehabis sarapan kembali masuk kawasan kampus yang ternyata jauh lebih luas dari kampus UNS-ku dulu. Walau nuansanya sama dengan alam yang mendamaikan, bangunan yang tercipta lebih punya citarasa dalam desain. Satu area yang menjadi daya tarik baru di kampus ini selain Danau dan gedung rektoratnya yang sangat citrawi. Adalah Jembatan “Teksas” atau teknik-sastra. Jembatan penghubung fakultas teknik dan sastra menjadi penanda baru yang dibanggakan oleh seluruh civitas UI.
Jembatan kecil setapak yang hanya bisa dilalui lalu lalang pejalan kaki dan sepeda adalah wujud sedikit citarasa tempat yang berhasil diciptakan pihak kampus. Merah dan kuning tampak menonjol di tengah lingkungan hijau dan luasnya danau. Meski tak bersih, nuansa kampus yang menyenangkan tetap saja aku rasakan.
Bila waktu dulu aku kuliah di Solo waktu yang tak akan kulupakan adalah datangnya hujan pertama yang akan diiringi oleh gugurnya bunga pohon angsana di sisi jalan hampir sepanjang jalur kampus. Gugurnya bunga yang nyaris menutupi aspal dan paving blok jalan seakan mengantar kita ki Jepang sejenak kala. Berjalan diantara bunga berguguran. Romantisme yang yang sayang sampai lulus dan terdampar di Jakarta belum terabadikan lewat kamera digital.
Jembatan Teksas dan bunga angsana yang gugur adalah dua wujud yang beda. Tapi sepertinya jadi satu wujud entitas yang kuat tentang sebuah memori. Memori tentang indahnya sebuah tempat untuk menuntut ilmu....

[+/-] Selengkapnya...

Berkurban

Hari ini masih terhitung Hari Tasyrik, dimana masih dalam suasana Idul Adha atau Idul Qurban. Makna kurban sendiri akan selalu aktual sebagai sarana refleksi kehidupan. Kurban adalah sesuatu sarana mengikhlaskan kepunyaan atau kesenangan untuk kesenangan dan kebahagiaan yang lebih hakiki.
Pengorbanan dalam kehidupan kita sehari-hari sering terwujud dari pemaksaan kita untuk sejenak merasakan sedikit ketidakenakan demi keenakan yang lebih di masa datang kita. Sacrifice atau pengorbanan sepertinya telah akrab di dalam kehidupan rutin kita. Misal kita harus merelakan sebagian penghasilan kita demi kepuasan (bermakna sepiritual mungkin) ataupun kepuasan lainnya di masa yang akan datang. Charity , zakat, Kurban itu sendiri adalah satu contoh kecil dari pengorbanan kecil itu untuk berbagi (share) dengan sesama. Satu hal yang juga penting adalah makna berbagi yang tampaknya akan selalu aktual dalam kehidupan kita. Seseorang yang mau berkurban dan berbagi untuk sesama adalah Pahlawan, demikian inti pesan sebuah iklan partai politik (Tapi kok jadi beda artinya jika menyangkut partai ya?...).
Makna Kurban yang lainnya adalah sifat keikhlasan yang selalu menjadi modal dan landasan hidup kita. Ke-Iklhasan Nabi Ibramahim AS dan putranya Ismail AS adalah wujud ke-ikhlasan yang nyata sebagai teladan. Sebagai seorang ayah dari seorang anak yang sangat dicintai, harus ikhlas mengorbankan anaknya demi satu perintah Allah SWT. Keikhlasan dan keyakinan telah melandasi peikiran Ibrahim AS untuk kebahagiaan dan keridloan Allah yang bersifat keniscayaan.Demikian juga keikhlasan melandas jiwa Ismail AS untuk mempercayai (trust) meskipun hanya sebuah perintah, lewat mimpi malah, ayahanda tercintanya.
Ajaran Kurban mencerminkan keunggulan manusia dibanding makhluk lain. Sifat agung manusia yang harus punya ; Pemikiran, Keyakinan, dan Keikhlasan telah secara menyatakan kita bukan bangsa binatang yang secara keji tega memangsa kawan seiring, menggunting dalam lipatan atau sifat liar dan menghalalkan segala cara lainya.
Ajaran Kurban adalah wujud ikrar kita untuk menjadi manusia yang iksan yang selalu berusaha membunuh sifat kebinatangan dalam diri kita yang sering tidak kita sadari. Beringas dan sering tak sabar menghadapi keadaan sekitar kita.

[+/-] Selengkapnya...

"Ritual Gunung Kemukus" di Gramedia Matraman

Mitos sepertinya menjadi satu sisi yang mengiringi realitas kehidupan masyarakat kita, entah dipercayai ataupun cukup berhenti pada posisi mitos belaka.
Sabtu kemarin sempet mengikuti Bedah Buku sebuah Novel berlatar Mitos (atau kenyataan sejarah?) dari penerbit medioker berjudul “Ritual Gunung Kemukus’ di Fuction Hall Gramedia Matraman lantai 2 Jakarta pusat. Dengan pembicara : Ahmad Sobary, Happy Salma dan F. Rahardi sebagai penulis, diskusi lumayan menarik diikuti. Tentu saja bercerita tentang mitos yang berkembang seputaran tempat wisata di sekitaran kampung halamanku di Sragen.
Ritual “srono” atau upaya meminta peningkatan kesejahteraan (kekayaan) dalam usaha mereka di Tempat Wisata Gunung kemukus ini sangat menarik diceritakan. Cerita tentang Pangeran (tokoh yang diziarahi) sendiri memang banyak sekali versi yang berkembang di masyarakat.
Cerita tentang Pangeran Samudra yang berkembang di masyarakat sendiri kurang lebih begini:
Pangeran Samudra sebagai anak Girindrawardhana atau Raja Brawijaya VI, dan Nyai Ontrowulan sebagai salah satu selir sang raja saling jatuh cinta. Sedangkan Prabu Brawijaya sendiri telah Moksa seiring dengan bubarnya majapahit. Mereke ke Demak untuk menikah, tetapi karena kecantikan Nyai ontrowulan, banyak petinggi Demak yang Jatuh cinta padanya dan mengejar-ngejar dia dan menggagalkan pernikahan mereka. Mereka Lari ke selatan untuk menyelamatkan diri. Di sebuah daerah hasrat keduanya tidak bisa ditahan lagi, sehingga mereka melakukanya di alam terbuka. Ketika itulah pasukan demak datang dan hubungan mereka terhenti. dan mereka dibunuh. Mereka dikubur dalam lubang yang sama. Tempat mereka erbunuh mengalir air yang jernih dan dinamai Sendang Ontrowulan. Dan Di makam mereka ada kukus (asap) dan adaa suara menggelegar; wahai Manusia, barangsiapa ma datang ke tempat ini dan bisa menyelesaikan hubungan suami istri kami yang belum selesai, sebanyak tujuh kali, maka segala permintaan kalian, akan dikabulkan oleh Dewa Bathara yang Maha Agung.
Berbeda dengan versi yang berkembang di masyarakat, Pemerintah lewat Pemda Sragen mengubah cerita dengan tujuan memperbaiki citra kawasan wisata; Cerita yang berkisah tentang seorang tokoh penyebar agama Islam di sekitar daerah bukit ini (kelak dinamakan Kemukus). Pangeran Samudra meninggal dalam dakwah kemudian dikubur di atas bukit di bawah pohon nagasari. Ibu tiri pangeran yang bernama Nyai Ontrowulan sangat bersedih atas kematianya sehingga menyusul ke daerah ini hingga meninggal. Nyai Ontrowulan dikubur di sebelah kuburan anak tirinya ini.
Sebagaimana di Novel ini, aku juga tak tahu pasti alasan pemerintah punya versi lain dengan versi berkembang turun-temurun di masyarakat.
Sudut pandang Pemerintah daerah jelas sangat ambigu sebagai upaya membersihkan kesan negatif tempat ini dengan tujuan pragmatis, meningkatkan jumlah pengunjung dan pemasukan PAD.
Sejak kapan cerita ini diyakini oleh masyarakat dan Sejak kapan pastinya tradisi ziarah dan wisata ini berlangsung, aku kurang bisa memastikan. Sejak aku kecil dan masih hidup di sekitar Gunung Kemukus sampai proyek Waduk Kedung Ombo yang memisahkan area ini dengan kampungku sekarang.
Mungkin bagi yang belum mendengar tentang tempat ini pasti tidak percaya masih ada kepercayaan di masyarakat tentang ritual "berbau prostitusi" ini. Memohon diberi kemudahan dalam berusaha di Gunung Kemukus melalui perantara Pangeran Samudro da Nyai Ontrowulan secara nalar ketauhidan (sudut pandang agama) jelas sebuah kesyirikan tingkat tinggi. Mitos tujuh kali melakukan hubungan suami istri dengan pasangan yang sama namun bukan dengan istri atau suami kita sepertinya kok memang sebuah pemikiran “yang tak masuk akal. Tetapi terlepas dari semua itu, inilah kenyataan dan ironi di masyarakat kita.
Wujud perlawanan ketidakadilan?
Satu bagian di Novel “Ritual Gunung Kemukus’ juga menyitir tentang adanya bentuk perlawanan dari ketidakadilan yang dialami masyarakat miskin. Dalam novel yang diwakili oleh tokoh Sarmin seorang Penjual Bakso yang terlilit beban ekonomi. Atas desakan istri juga dia menjalani "srono" ini untuk meminta usahanya laris. Pada akhirnya tokoh ini tersadar dengan sebuah realitas manusiawi usaha yang berhasil harus dengan jalan dan usaha yang benar, bukan dengan tujuh kali ke Gunung Kemukus menjalani "ritual melenceng" dengan istri orang lain. Tokoh ini digambarkan berjuang untuk keluar dari ketidakadilan. Jika seorang penguasa dengan bebasnya melalukan segalanya tanpa rasa bersalah, tak ada yang salah dengan usahanya demi eksistensi hidup anak istrinya.
Sampai pada titik ini aku kurang sepakat dengan alasan perlawanan ketidakadilan. Ketidakadilan bisa jadi tantangan kehidupan untuk kita belajar menuju keadilan. Meskipun begitu kita tak sepenuhnya bisa menghakimi orang yang percaya akan ritual mencari pesugihan ini. Pemaksaan kebenaran kepada sesama adalah wujud ketidakdilan juga kata M. Sobary menanggapi hal ini.
Yang menjadi kunci adalah kepercayaan di dalam diri kita masing-masing. Kita harus menanamkan fundamentalisme ketauhidan dalam diri kita sendiri. Kepercayaan spiritual seseorang datang dari proses yang tak akan bisa dipahami orang lain. Melakukan ritual ini di Gunung kemukus adalah untuk yang percaya dan kita tak bisa memaksa untuk tidak percaya.
Bedah Buku dan launching Buku " Ritual Gunung Kemukus" di Gramedia Matraman sabtu kemarin sepertinya memberikan satu kenyataan yang sebelumnya jauh dari sudut pandang kita.

[+/-] Selengkapnya...

Jakarta, 21 Februari 2012 (J-21022012)

Tanggal ini sekitar tiga puluh delapan bulan lagi, akan terjadi sebuah kejadian yang tak akan dilupakan oleh warga kota ini;
Hari ini tanggal 21 Februari 2012 -hari yang unik secara kalender- Jam menunjukkan pukul 13.13 WIB. Entah kebetulan atau tidak seluruh kendaraan di kota ini mengalami macet total di hampir seluruh kota Jabodetabek sampi ke gang kecil sekalipun. Kejadian berawal dari pemadaman listrik kota Jakarta dan sekitarnya (biasa kan pemadaman bergilir). Semua aktifitas kantor dan kegiatan lain berhenti dan karyawan terpaksa pulang berbarengan. Berbarengan dengan pemadaman listrik, sistem Traffick manajemen Lalu lintas secara tiba-tiba mengalami kerusakan hampir menyeluruh di penjuru kota. Kemacetan benar-benar menunjukkan titik puncak dari "Keadaan stagnasi" Lalu lintas Kota Jakarta.
Siang ini adalah siang tersial dari warga kota. Secara kebetulan Cuaca menunjukkan titik kulminasi tertinggi walau Februari masih dalam hitungan musim penghujan. Anomali iklim membuat cuaca benar-benar panas sampai hampir menyentuh angka 40 derajat Celcius. AC kendaraan tidak banyak menolong suasana panas pengendara. Suasana sangat membuat kesal bahkan berlangsung sangat lama hingga berjam-jam.
Suasana yang sangat kacau ini berpuncak pada satu kejadian : Seluruh pengendara tanpa kecuali keluar dari mobil (untuk yang bermobil) dan meninggalkannya di tengah jalan menuju tempat lebih nyaman (Mall tentunya). Bagi pengendara motor menaruh seketika sepeda motornya di tengah kemacetan. Secara spontan mereka mengumpat terhadap kotanya
"Oh Benar-Benar Kota Yang Memuakkan"...(maaf sekedar Ilustrasi saja)....
Tentunya Kejadian ini memang khayalan dan rekaanku belaka. Tanggal rekaan biar keren, keadaan rekaan(dan serba kebetulan ) biar tambah ilmiah. Spontan saja punya ide cerita gila ini. Di tengah banyaknya prediksi kejadian di masa datang, tema stagnasi lalu lintas jakarta menjadi tema yang selalu menarik. Benang kusut lalu lintas Jakarta sangat menujukkan kegagapan pemegang kebijakan kota ini membuat lebih baik. Isu teranyar adalah usulan kenaikan tarif parkir. Di tengah masih acak-acakanya perpakiran Jakarta, tampaknya usulan ini dianggap upaya tangan panjang oknum menambah setoran (baca; premanisme) yang justru digaungkan oleh Kapolri Baru.
Pembenahan Pola Transportasi Makro (PTM) Jakarta bukan tanpa upaya solusi serius dari Pemerintah. Simak saja program ke depan Pemerintah:
1.Transjakarta ( TiJe atau Busway)
Dimulai oleh Transjakarta (dikenal dengan Busway) sebagai moda angkut massal dengan memakai sebagaian badan Jalan untuk jalur khusus Bus berdaya angkut besar. Hasilnya bisa kita lihat setelah diluncurkan empat-lima tahun silam nampaknya sebagian masyarakat berpendapat Dengan jumlah saat ini sekitar 10 koridor (rencananya 15 koridor, Kompas 17-11-08) Transjakarta justru menambah kemacetan dimana-mana. Keberhasilan Transmilenio sebagai proyek acuan TiJe di Bogota Kolombia nampaknya sangat beda karakter lalu lintas maupun habit bertrasportasi warga Indonesia dan Kolombia.
2.Waterway.
Proyek selajutnya yang lebih dibilang kurang terencana (baca :gagal) adalah Waterway. Proyek yang hanya bertahan seumur jagung terkendali elevasi sungai di Jakarta yang tak mundukung.

Yang direncanakan
Proyek trasportasi massal selanjutnya memang menunjukkan langkah lebih serius. Moda yang lebih modern dan dengan daya angkut massal seperti;
1.Proyek Monorail
Proyek yang direncakan untuk angkutan Massal di lingkar District Bisnis dan sudetan arus tengah kota memang berpotensi mengurangi beban jalan oleh kendaraan umum. Bila Proyek ini macet, lebih karena kurang cakapnya skenario pemerintah bekerjasama dengan pihak Investor sebagai proyek yang menguntungkan.
2.Proyek Mass Rapid Transit (MRT)
Proyek angkutan Mahal ini direncanakan memotong jalur lewat bawah tanah dari daerah pinggiran ke tengah kota. Direncanakan proyek awalnya adalah Lebak Bulus sampai Dukuh atas (Jl. Sudirman) Proyek ini yang paling potensial sekaligu super mahal. Jika ini terlaksana Jakarta akan jadi kota super modern dan lebih bergerak cepat.
3.Kereta Api Bandara
Kereta ini sebagai pintu penjemput penumpang Pesawat di tengah kota. Dengan sistem City Check In di stasiun keberangkatan akan mengurangi "waktu sia-sia" kita menunggu Pesawat di Bandara. Rencananya Kereta ini mengurangi penumpukan kendaraan di satu-satunya jalur (Jalan Tol) yang banjir besar tahunlalu.
Disamping proyek utama dari PTM tersebut masih ada proyek pendukung lainnya yang menurutku lebih murah untuk difokuskan di awal. Jalur Kereta Api Jabotabek sangat potensial dikembangkan lebih bagus (sekarang?, mungkin lumayan saja). Jalur kereta dari Hinterland Jakarta semacam Double Track Serpong, Bekasi dan Bogor sangat menunjukkan moda yang potensial mengurai penumpukan kendaraan pribadi di jalan raya. Selain adanya kereta reguler sebagai moda trasportasi murah. Jalur ini sangat minim resiko gesekan kepentingan masyarakat bila dikembangkan lebih intensif.
Bila program PTM ini berjalan seperti rencana kejadian ilustrasi di awal tulisan kemungkinan besar tak terjadi. Melihat keadaan sekarang kita diberi dua kaca mata melihatnya. Kacamata buram yang selalu melihat keadaan serba tak menentu atau kacamata Baca yang jernih yang melihat segala sesuatu dengan optimisme.
J-21022012 adalah angka yang indah, namun akan menjadi angka sial sejarah kota ini. Ayo kita dukung dari hal yang paling kecil. Semampunya kita berapresiasi saja.Nuwun....

NB:
Gambar Diambil dari sini
Ditulis karena Saat timku lagi pusing dengan Proyek Sayembara "Stasiun Kereta Api Interchange Dukuh Atas" Jakarta.

[+/-] Selengkapnya...

Weekend Ngerjain PR yang Menumpuk...

Wah saking pusingnya mikir kerjaan (sok sibuk ceritanya). Aku numpuk beberapa PR dari beberapa teman. PR ini terdiri tiga, inilah rapelan PR yang numpuk itu.
A.Tentang Latar Belakang Arti Blog "Ruang Tetirah"
Ini PR dari kang addienk tentang latar belakang dan arti dari blog ini. Begini ceritanya;
1. Latar Belakang Ngeblog, ya ingin supaya lebih pinter dan tidak gaptek. Informasi jadi lebih kaya lagi yang masuk ke otak. Mikir juga jadi lebih bisa ter-struktur.
2.
Tentang Blog ini. Mulainya baru April 2008 ini. Ya mumpung ada waktu dan fasilitas di kantor dimanfaatin untuk Hal Positif.
3.
Arti nama "Ruang Tetirah", menurutku tempat beristirahat dan "ongkang-ongkang" di sela kesibukan dan Rutinitas. Harapanya tempat ini sebagai tempat untuk sejenak melepas kepenatan. Nulis apa aja dan Apa adanya (yang sering ngawur).Tujuan sederhanya mencoba memahami hidup ini dan "Menyederhanakan Kompleksitas Hidup"seperti tagline judul blog.
B.10 Kalau Aku Jadi, maka
PR Kalau 10 Hal aku menjadi dari Kang Blogger Addicter ini juga lumayan Pusing. Tapi tidak usah dibikin pusing.Dikasih kesempatan berandai yaharus dimanfaatin to?
Inilah 10 Hal Kalau aku jadi :
1. Kalau aku jadi Arsitek dan Konsultan Sendiri, aku akan pilih-pilih Job yang sesaui idealisku (duitnya lumayan tapi). Yang tidak sesuai idealisku mikir-mikir dulu duitnya gede tidak?? (he-he sama saja ya).
2. Kalau aku
Jadi Punya Rumah Sendiri. RTH (ruang terbuka hijaunya harus 60 % dari lahan. wuih alangkah ijonya pekaranganya
3. Kalau aku
jadi Penulis sebagai selingan hidup,aku ingin seperti Gede Prama yang bisa selalu Ngikutin "Lentera Hati"-ku
4. Kalau aku
jadi Pengusaha, aku pengen buka usaha "warung angkringan (warung hik)" untuk tempat sosialisasi warga dan tempat yang paling egaliter di dunia.
5. Kalau aku
jadi Presiden.Wakilku adalah wanita. Partner yang cantik adalah Inspirasi...
6. Kalau aku
jadi wartawan saya pengen jadi wartawan Politik Internasional yang bisa keliling dunia, terutama Timur Tengah dan Eropa
7. Kalau aku
jadi pemain bola ,aku pengen main di Inter berpasangan dengan Ibrahimovic.
8. Kalau saya
jadi direktur suatu perusahaan saya pengen buat program CSR yang terbuka untuk siapapun.
9. Kalau saya
jadi Cendekiawan, sayaakan buka sebuah Learning center. amin...
10. Kalau saya
jadi orang sukses di bidang apapun, saya tidak akan sombong.Dunia ini fana...halah...
Namanya juga jikalau, jadi ya kudu yang baik dan diniatkan dengan ikhlas.Kesempatan Narsis kali
C. What "Arif Rahmat Basuki" Means....
PR tentang "Arti dari Nama"dari mBak Noeqiah. Hasilnya arti namaku silahkan diartikan sendiri:

What Arifrahmatbasuki Means
You are usually the best at everything ... you strive for perfection.
You are confident, authoritative, and aggressive.
You have the classic “Type A” personality.

You are wild, crazy, and a huge rebel. You're always up to something.
You have a ton of energy, and most people can't handle you. You're very intense.

You definitely are a handful, and you're likely to get in trouble. But your kind of trouble is a lot of fun.
You tend to be pretty tightly wound. It's easy to get you excited... which can be a good or bad thing.

You have a lot of enthusiasm, but it fades rather quickly. You don't stick with any one thing for very long.
You have the drive to accomplish a lot in a short amount of time. Your biggest problem is making sure you finish the projects you start.

You are loving, compassionate, and ruled by your feelings.
You are able to be a foundation for other people... but you still know how to have fun.

Sometimes your emotions weigh you down, but you generally feel free from them.
You are truly an original person. You have amazing ideas, and the power to carry them out.

Success comes rather easily for you... especially in business and academia.
Some people find you to be selfish and a bit overbearing. You're a strong person.

You are confident, self assured, and capable. You are not easily intimidated.
You master any and all skills easily. You don't have to work hard for what you want.
You make your life out to be exactly how you want it. And you'll knock down anyone who gets in your way!

You are a seeker. You often find yourself restless - and you have a lot of questions about life.
You tend to travel often, to fairly random locations. You're most comfortable when you're far away from home.
You are quite passionate and easily tempted. Your impulses sometimes get you into trouble.

You are full of energy. You are spirited and boisterous.
You are bold and daring. You are willing to do some pretty outrageous things.
Your high energy sometimes gets you in trouble. You can have a pretty bad temper at times.

You are the total package - suave, sexy, smart, and strong.
You have the whole world under your spell, and you can influence almost everyone you know.
You don't always resist your urges to crush the weak. Just remember, they don't have as much going for them as you do.

You are a very lucky person. Things just always seem to go your way.
And because you're so lucky, you don't really have a lot of worries. You just hope for the best in life.

You're sometimes a little guilty of being greedy. Spread your luck around a little to people who need it.
You are a seeker of knowledge, and you have learned many things in your life.

You are also a keeper of knowledge - meaning you don't spill secrets or spread gossip.
People sometimes think you're snobby or aloof, but you're just too deep in thought to pay attention to them.


Selesai juga tugas PR ini. Untuk PR kali ini untuk diriku saja ah.Selain numpuk dan banyak Mau ngasih ke Teman kok masih malu nanti jadi ngrepotin. lain Kali Aku akan bikin PR untuk teman-teman juga.
Salam...

[+/-] Selengkapnya...

Sembilan Belas Tahun lalu...

Rentang sembilan belas tahun bukan waktu yang sebentar. Memori akan sebuah tanah kelahiran selalu memjadikan cerita indah untuk masa depan kita. Di tempat sama dalam waktu berbeda kucoba rangkai sebuah memori masa lalu. Kisah yang tak akan terhapus hanya oleh sebuah kebijakan tangan besi penguasa kala itu. Penguasa bisa menghapus sebuah peta , tapi tak bisa menghapus sebuah memori yang selalu mendasari impian kita.
Cerita ini seharusnya aku tulis sebagai cerita mudik lebaran lalu. Karena kesibukan dan ritunitas baru kali ini bisa kurangkai cerita ini. Bermula untuk mengenang kisah masa lalu, aku datang ke bekas desa masa laluku yang kini menjadi sabuk hijau genangan “Waduk Kedung Ombo”. Di sudut jembatan indah yang membentang di sungai desa, terlukis ingatan masa kecil. Masih seperti dulu, begitulah wujud jembatan ini. Masih kokoh walau terlihat kusam karena silih berganti terendam air waduk di tiap pergantian musim. Masa kecil saat mandi di kali sebagai wujud kebahagiaan anak-anak desa. Menangkap udang dan ikan dan beragam jenis mainan yang lahir dari penghargaan alam warga desa.
Sampai saat inipun, disela obrolan masa lalu dengan kerabat masih berandai bahagianya jika masih bisa berkumpul di desa kita yang sangat guyup dan makmur. Bukan tidak mungkin kita tak terimbas budaya “urbanisasi”. Kesadaran untuk berani menyatakan kata “cukup” saat itu membuat warga merasa tentram dan rukun. Esensi kemakmuran yang mustahil kita dapatkan saat ini. Aku lahir di rumah kakek-nenekku, masa kecilku juga sempat merasakan keindahan itu sampai kita pindah ke daerah lebih tinggi yang bebas dari genangan waduk (tidak jauh dari dusun kita yang tergenang). Segalanya seperti berjalan apa adanya, sebelum Sebuah Proyek Raksasa mengubah jalan hidup kita semua. Ribuan Desa tergusur Proyek Waduk Kedung Ombo. Warga yang semula terikat dalam satu dusun yang nyaman harus bepisah membuat berpuluh dusun baru karena jadi korban gusuran. Meski sebagian besar warga pindah ke daerah yang tak begitu jauh, tetap saja mengubah cerita bersama. Meskipun tak lebih dari 6 tahun aku melewati masa itu, setidaknya aku merasakan sisa memori itu.
Saat ini bisa jadi aku merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang tua sebelum aku apa artinya mempertahankan tanah kelahiran. Bagaimana penolakan dianggap sebagai tindakan pembangkangan Negara kala itu. Masih aku ingat saat pagi buta harus bersembunyi-sembunyi menghindaari intimidasi aparat desa untuk sekedar berkeluh kesah ke Gedung DPR di ibukota berjarak tak kurang 600 km. Aku mewakili satu generasi yang tak tahu menahu masalah utama kala itu. Generasi yang lebih beruntung dari adik dan keponakanku kini yang hanya bisa melihat sisa itu tanpa melihat cerita di balik itu.

Insya Allah Bersambung……

NB: Cerita Ini sempat tertahan di USB-ku beberapa minggu.
Tak pede dengan dengan isinya yang sentimentil. Akhirnya ku-posting setelah Kudapatkan Novel tentang "Ritual Gunung Kemukus" yang aku temukan di Indonesia Book Fair 2008 di JCC, Jakarta. Mencoba untuk menjadikan cerita dari awal dari rangkaian cerita.

[+/-] Selengkapnya...

Super OBAMA


Dunia bersorak bersama menyambut Kemenangan Barrack Obama.Seorang keturunan Afro-Amerika pertama akhirnya terpilih menjadi Presiden Amerika ke -44. "Perubahan Telah datang", satu inti kata yang diucapkannya  dalam pidato kemenangan dia. Ucapan yang akan ditunggu-tunggu oleh publik dunia di empat tahun ke depan.
Obama telah membawa harapan baru bagi Amerika dan dunia, dan ketinggalan Indonesia menjadi bagian eforia itu. Tiga tahun pernah tinggal di Indonesia (sekolah di SD Menteng 01), banyak membawa perasaan sentimentil kita tentang kenangan sosok Barry kecil hingga sekarang menggapai impian terbesarnya. Teman dan juga orang terdekat Obama mendadak menjadi orang penting karena media antri menanyakan serba-serbi sosok si Barry. Cerita Anak Menteng yang menembus Gedung Putih menjadi berita yang sangat renyah bagi media. Andai Obama memakai nama belakang bapak tirinya; Lolo Sutoro di belakang nama Barrack menjadi Barrack Sutoro , alangkah semakin sentimentilnya kita berkata bahwa : Obama mesti wong Jowo..., hahaha...

Menunggu Kiprah "Super OBAMA"
Terlepas sentimentil semua eforia kemenangan Obama. Beban dia sebagai penerus Amerika sangat berat. Kebrobokan dunia sudah sangat parah akibat ulah Presiden Bush. Krisis Timur Tengah dan paling anyar Krisis Finansial sebagai wujud meletusnya gelembung kosong pertumbuhan ekonomi Amerika adalah sederet tugas Obama ke depan.
Tetapi langkah dunia telah bergerak bersama menyambut harapan baru. Satu kata untuk mengatakan Percaya Obama akan membawa perubahan itu. Obama mungkin bukan Superman, tetapi Obamamempunyai kesempatan besar mengubah masa depan dunia. Satu tangan Obama telah menenteng satu keranjang berisi "Harapan Dunia" kemudian satu tangan lagi adalah kuasa Obama untuk melakukannya.
Selamat buat Obama yang benar-benar  menghipnotis dunia.
Semoga Menjadi benar-benar "Super Obama" bagi dunia.

NB:Gambar diambil dari sini

[+/-] Selengkapnya...

Dendam Max Payne


Film yang diangkat dari game rupanya masih punya tempat di hati pecinta film. Salah satunya Film yang dibintangi bintang-bintang terkenal semacam Mark Wahlberg (sebagai Max Payne) Chris O’Donnel sebagai bos istri Max dan ada juga debut penyanyi cantik Nelly Furtado sebagai teman Max. Diharapkan film ini mengikuti jejak sukses game yang diangkat ke layar lebar sebelumnya seperti Resident Evil dan Hitman.
Kekuatan cerita film ini lebih terfokus pada kekuatan balas dendam seorang polisi yang kehilangan secara tragis istri dan anak tercinta. Kemampuan menembak dari Max dan kelamnya suasana setting kota menjadi kekuatan tambahan, yang sepertinya tak mau kalah dengan versi game itu sendiri. Dendam mencari pembunuh orang-orang tercinta membawa ke peristiwa dan masalah yang tak terduga.
Ketidaksabaran Max mencari pembunuh istri dan anaknya membawa sedikit demi sedikit permasalahan yang selama ini kabur. Istrinya Michelle yang bekerja untuk perusahaan Aesir ternyata punya peran penting dalam sebuah proyek rahasia yakni Serum kekebalan untuk Pasukan Militer yang akhirnya gagal dan menimbulkan masalah bagi pemakai. Kekuatan pemakai yang berlipat ternyata berefek samping timbulnya halusinasi (semacam kerasukan kekuatan iblis) yang bersifat jahat.
Cerita Tanggung
Sebagai film thriller action, garapan John Moore (sebelumnya menggarap film Behind Enemy Lines) terbilang cukup seru. Gambar kelam yang merujuk pada suasana asal game dikemas cukup rapi dalam efek visual CGI. Adegan tembak-tembakan sepanjang film juga sangat memanjakan penonton. Sayangnya cerita yang sudah jamak diangkat di layar lebar terlihat biasa dan kurang menunjukkan sebuah inovasi baru. Efek slow motion gerakan Max dalam menembak dan ledakan seru di setiap adegan seakan kurang didasari sebuah alasan yang kuat. Bisa jadi muncul pikiran di benak penonton; Penting tidak sih adegan ini? Bila Slow Motion ala film Trilogi Matrix menjadi bagian tak terpisahkan tokoh utama, gerakan Max Payne seakan terlihat sebagai sekedar adegan seru- seruan yang tak mengagetkan lagi –bila tak ingin dikatakan sangat biasa-.
Kerumitan cerita juga sebenarnya bisa dikatakan cukup tanggung. Terlepas harus dalam koridor cerita dasar versi game, kenapa tidak membuat cerita yang melibatkan intrik tingkat tinggi. Aku sendiri sangat kurang mengikuti perkembangan Game sehingga kurang kompeten membicarakan gamenya. Dalam cerita film, kasus yang mengakibatkan Istri Max dibunuh seakan terlalu simpel karena terlihat sebagai kasus mafia tingkat perusahaan saja. Film sekelas ini seharusnya tak takut lagi menyangkutkan masalah dengan konspirasi dengan pemerintah atau militer utama sebagai tambahan daya tarik cerita.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan film ini, setidaknya sedikit memberi warna lain diantara menjamurnya film lokal yang sebagian besar kurang pantas untuk diapresiasi. Akhir-akhir ini film kelas Hollywood memang sedang jarang nongol di sejumlah bioskop karena kepungan film lokal. Bisa menonton film ini setidaknya menjadi pengganti film “Body of Lies” yang ternyata udah turun layar di sebagian besar jaringan bioskop utama. Dendam ala Payne ternyata bisa juga diartikan balas dendam membunuh kejenuhan kita terhadap film lokal yang tak bermutu.

[+/-] Selengkapnya...

Titah Raja Jawa & Fenomena Demokrasi Kita.


”Dengan mohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan niat yang tulus memenuhi panggilan kepada Ibu Pertiwi, dengan ini saya menyatakan siap maju menjadi Presiden 2009”
Ucapan singkat Sang Sultan (Sri Hamengku Buwana X) yang serta merta diikuti gemuruh ratusan ribu warga Jogja dan sekitarnya. Perhelatan Pisowanan agung sebagai wujud demokratisasai warga dan wujud uniknya demokrasi Indonesia. Pisowanan Agung bisa jadi wujud peninggalan budaya jaman Feodalisme -yang masih kuat di dalam hati rakyat.

Pisowanan Agung yang berasal dari budaya “Tapa Pepe” sebagian rakyat untuk berkeluh kesah kepada rajanya untuk meminta petunjuk solusi (lebih lengkapnya lihat disini). Seiring berjalan jaman Tapa pepe berkembang menjadi pisowanan agung sebagai wujud demokrasi rakyat. Sesuatu yang tak bisa kita pungkiri sebagai satu wujud demokratisasi rakyat yang simpel dan tanpa berbelit-belit.
“Kesengsem pada Sultan” demikian ungkapan Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti di Kompas (01/11/08) sebagai wujud eforia warga Jawa (Jogja khususnya) mendamba datangnya pemimpin baru bangsa ini. Tak mudah memang menebak gerak gerik Sultan beberapa bulan ini menghadapi dilema sang Raja Jawa yang tesisa ini (sekarang satu-satunya raja yang punya kuasa di struktur pemerintah). Posisi dilematis yang justru dilihat langkah politik yang “Malu-Malu Mau” oleh berbagai kalangan. Dilematisnya posis dia bile kelak jadi presiden. Tak mungkin di jaman demokrasi yang sedang dibangun bangsa ini merangkap tiga posisi sekaligus; Presiden, Raja dan Gubernur DIY. Meskipun kasus ini juga dialami ayahanda beliau. di Jaman Orde baru. Tetapi sekarang tak mudah membiaskan demokrasi disaat rakyat tau segala bias sang pemimpin mereka. Kegagapan Negara menghadapi dilema ini ditambah oleh ungkapan abadi perpolitikan;” Tak ada lawan atau kawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan". Sultan datang ancaman datang. Partai Golkar sebagai payung Sultan dalam berpolitik terlihat gugup melihat gejala ini. Terbaca sebagai Kemunduran berdemokrasi saat Jurus “Konvensi Partai” yang ditiadakan adalah rabaan yang sah menurutku terhadap gerak partai beringin ini. Ketakutan tokoh sentral yang sangat ambisius akan munculnya kuda hitam di partai ini diupayakan dibendung sejak awal oleh tokoh-tokoh ini. Ini adalah gejala ketakutan menghadapi kenyataan demokrasi.

Satrio Piningit dan Kerinduan Datangnya Pemimpin Sejati
Kembali ke persoalan Sultan, di luar permasalahan Sultan yang akhirnya “naik gunung” untuk meramaikan bursa Capres. Kasus Sultan sangat unik, di luar dia sebagai raja dan gubernuh daerah Istimewa. Apakah ini wujud demokrasi kita gagal? Bisa ya bisa jadi tidak. Eforia dukungan kepada Sultan bisa jadi menggelinding, tetapi bisa juga akan surut oleh sistem demokrasi yang pelan-pelan “dinikmati” juga oleh rakyat. Raja Jawa kembali adalah wujud kerinduan sosok pemimpin yang tak kunjung datang. Demokrasi tanggung dan instant yang diterapkan para birokrat saat ini pelan tapi pasti mengikis roh demokrasi yang justru mau kita tuju. Jawaban Feodalisme datang atau belum hilang bisa jadi adalah justifikasi yang prematur. Tetapi aku yakin Sebuah tesis akan selalu muncul antitesisnya. Sepertinya kerinduan akan “Satrio Piningit” yang datang untuk menyelamatkan rakyat tetap menghiasi mimpi-mimpi kita. Di saat sistem demokrasi yang kita gadang justru terseok menuju senjakala. Sang Raja siap bertitah menjadi kesatria penyelamat. Ironi demokrasi yang selalu menghiasi keunikan bangsa ini.

NB:Gambar diambil dari sini

[+/-] Selengkapnya...

Sumpah "Pemuda", Udah Basi?



Sumpah tulisan ini agak basi, tapi biar tidak basi mohon sejenak membaca.Jika kita masih merasa basi, Berusahalah untuk memperbaiki diri dan bergerak cepat untuk tidak semakin basi.
Saat ini Bangsa kita tak butuh sumpah , hanya butuh kita tak jadi "generasi basi" untuk memajukan bangsa ini. Bangsa kita akan semakin bete bila kita semakin basi...
Sumpah, basi banget ya kita....?


Sebenarnya Tulisan ini kutulis tiga hari lalu saat negeri ini memperingati 80 tahun ikrar pemuda dari berbagai penjuru nusantara. Mungkin basi membicarakan tema ini saat begitu cepatnya berita silih berganti . Saking basinya aku coba untuk "Ngeles" tema ini menjadi sebuah opini tentang peran Pemuda Indonesia. Terlepas ini  masih berhubungan dengan Sumpah Pemuda atau tidak.
Sumpah 80 tahun lalu wujud integritas pemuda terhadap bangsanya waktu itu. Pertanyaan selanjutnya, apa wujud integritas saat ini secara nyata? Berbagai kalangan memandang semangat kaum muda terhadap nilai-nila kebangsaan mulai luntur. Berbagai kenakalan yang timbul oleh Pemuda bisa dijadikan contoh. Tawuran pelajar dan mahasiswa, meningkatnya kasus narkoba dan berbagai stigma miring lengkap melekat di baju pemuda.
Dalam sebuah kolom opini di sebuah surat kabar disebutkan;
Apakah bisa pemuda saat mengambil posisi dan berperan seperti generasi muda tahun 1908, 1928, 1945, 1966, 1978, dan 1997. Tantangan itu didasari kenyataan bahwa di permukaan generasi muda saat ini kelihatan santai dan lebih memilih nongkrong di kafe atau pinggir jalan daripada serius memikirkan bangsa.
Wajar saja sih, di saat gempuran budaya global saat ini justru pemuda mempunyai tugas ganda. Satu sisi sebagai individu dan satu sisi dituntut peran sosialnya terhadap masyarakat dan bangsa. Mungkin tantangan ini tak sebesar masa tahun-tahun di atas tadi. Permasalahan saat ini pemuda kebanyakan kehilangan panutan. Panutan yang lebih menonjol justru bukan lahir dari mainstream kebutuhan pokok bangsa. Artis lebih terkenal dari tokoh masyarakat, penyanyi lebih didengar dari pada pemimpin masyarakat. Akhirnya orientasi pemuda seakan kabur, dan semakin lama terbentuk mental yang pragmatis di antara kaum muda.
Di Satu sisi Perubahan Bangsa menjadi sebuah deadline perjalanan bangsa. Kepemimpinan Nasional diragukan, kehausan tokoh pembaharu demikian besar. Saat demam "Saatnya Yang Muda Memimpin", gerak tokoh muda yang melatar dan membumi  seakan kering. Disilah letak kosongnya peran Pemuda satu dasawarsa ini.
Seperti apa Peran Pemuda saat ini?
Pertanyaan yang cukup luas. Tapi aku berpikir tak ada beda Muda atau Tua. Muda lebih pada harapan yang panjang untuk kelanjutan negeri ini. Bila Pemuda Tahun 1928 bersumpah untuk: Bertanah Satu,Berbangsa Satu, dan Berbahasa satu, seperti apa Aktualisasi peran itu saat ini?
Kembali ke tema basi di awal. Peran terbaik adalah melakukan hal terbaik yang kita jalani saat ini. Pelajar tekunlah belajar, Pekerja tekunlah bekerja. Pejabat tunjukkan pengabdian sebagai abdi bangsa. Saat satu sisi telah berjalan pada jalur yang benar, bangsa ini akan kembali ke jalur yang benar.
Gampang amat solusinya?
Siapa bilang susah. Bila kita menganggap susah berarti tanda-tanda kita menuju ke'basi"-an ada dalam diri kita. Ah basi bangetpostingan-ku kali ini. Yah Setidaknya masih berusaha untuk tidak selalu basi.....

NB :Gambar diambil dari pemuda masa kini

[+/-] Selengkapnya...

Selamat Hari Blogger Nasional 2008



Ternyata hari ini adalah hari Blogger Nasional.
Meskipun aku termasuk Newbi dan kacangan dalam urusan nge-blog tak apalah aku ikut menyemarakkan ruang sosialita yang semakin menyebar di masyarakat dunia maya ini. Budaya Nge-Blog sendiri di Indonesia jika tak salah telah berkembang di awal tahun 2000an. Sekarang menurut Wicaksono sebagai Chairman Pestablogger 2008, saat ini blogger di Indonesia berjumlah tak kurang dari 500.000 pe-blogger.

Hari Blogger Nasional
Hari Bolgger Nasional sendiri dedeklarasikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Nuh tanggal 27 Oktober 2007. Deklarasi bersamaan dengan penyelenggaraan acara Pesta Blogger 2007 di Blitz Megaplex Grand Indonesia, Jakarta.
Pesta Blogger 2007 sendiri adalah sebuah acara gathering para blogger Indonesia yang dihadiri hampir 500 orang perwakilan dari banyak komunitas blogger Indonesia. Acara tahun pertama itu mengusung tema “Suara Baru Indonesia” dan didukung oleh Departmen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
Pesta Blogger 2008 sendiri akan bertema “Blogging for Society” yang rencananya akan digelar pada hari Sabtu, 22 November 2008, di Gedung BPPT II, Lantai 3, Jl. MH Thamrin no. 8, Jakarta (seberang Hotel Sari Pan Pacific). Acara Ini diperkirakan dihadiri sekitar 1000 blogger se-Indonesia.
Akhirnya Selamat Hari Blogger Nsional  untuk semua Blogger di Indonesia.
Semoga membuat Indonesia lebih semarak lagi . Salam Hangat...

NB: Bagi yang ingin berpatisipasi di Pesta Blogger 2008
Bisa melihat Info lengkap Pesta Blogger 2008 ada di : pestablogger.com

[+/-] Selengkapnya...

Memilih "Kaca Mata" dalam Melihat Krisis



Kehidupan bukan soal kepada peristiwa apa yang sedang terjadi, tetapi soal bagaimana kita menghadapi peristiwa itu. Atau lebih jauh mengutip Randy Pausch ( Last Lecture); “Kita tidak bisa mengubah kartu-kartu yang dibagikan kepada kita, kecuali bagaimana cara kita memainkannya”. Perlu kacamata yang tepat untuk melihat segala peristiwa yang terjadi. dalam bahasa lebih awam cara pandang kita. Terus kacamata apa yang tepat untuk melihat kondisi  krisis global saat ini?

Krisis global yang bermula dari macetnya kredit perumahan Subprime Mortgage di Amerika. Rontoknya lembaga keuangan raksasa Lehman Brother disusul anjloknya pasar bursa dikhawatirkan akan menjadi resesi dunia berkepanjangan. Rontoknya Imperium Ekonomi Amerika membuat banyak analisis berpendapat ini pertanda akhir Ekonomi Liberal Kapitalis. Setauku ekonomi Amerika dan kebanyakan Negara maju banyak disokong oleh sektor keuangan (dengan segala macam pembiayaan) yang biasa disebut “ekonomi lipstick”. Ekonomi didasarkan pada “optimisme berlebih”, sehingga menimbulkan gelembung kosong pertumbuhan yang akan meledak suatu waktu.
Melihat Posisi Ekonomi Indonesia.
Sebagai salah satu anggota ekonomi global, pastilah Indonesia kena getahnya. Indeks Bursa anjlok, Rupiah melemah dan akhirnya kepanikan yang tak perlu dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab (baca para spekulan).
Sebenarnya kita harus melihat krisis ini dengan kacamata yang berbeda. Secara riil bursa saham di Indonesia masih sedikit kontribusinya dalam ekonomi dalam negeri.Menurut para ekonom cuma sekitar 5% saja. Ekonomi kita banyak bergerak di sektor riil dan terbukti lebih tahan krisis seperti usaha di bidang UKM. Memang dampak krisis keuangan di AS menjadikan efek domino kepada kita. Kepanikan para investor –yang kebanyakan asing- banyak menjual saham yang berakibat turunnya indeks. Para investor asing mengalihkan dananya ke luar yang berakibat nilai Dolar AS naik. Ironisnya ekonomi kita memakai kondisi psikologis yang didasarkan nilai Dolar. Dolar naik ekonomi panik ditandai harga yang semua naik karena kita telah kebanyakan barang import.
Singkatnya kita harus melihat kondisi sekarang dari sudut padang peluang. Mengambil hikmah dari “Gelas Setengan Isi atau setengah kosong”, ini adalah turning point kita untuk bangkit. Contoh sederhana adalah:
1. Kita harus menguatkan kekuatan ekonomi dalam negeri dalam bentuk: “ Kemandirian”.
Simpel tetapi susah karena kita sudah masuk dalam pusaran kapitalisme global.
Satu contoh ; Ekonomi riil nonformal adalah wujud kemandirian rakyat. Sudah saatnya fokus kita adalah menguatkan pertumbuhan sektor ini dengan semakin memudahkan kredit UMKM.
2. “Cinta Produk dalam negeri” sudah saaatnya bukan sebatas slogan tetapi menjadi kebutuhan bersama.
Iklan Politik Prabowo mungkin agak relevan dengan kasus ini, produk kita tidak kalah dengan luar negeri dan sudah saatnya porsi konsumsi -bentuk maupun cara - dalam negeri kita tingkatkan. Kalau bukan kita, siapa lagi?
3. Produk Ekspor berbahan baku lokal haruslah punya “Added Value”
Pengolahan hasil pertanian atau sumber daya alam lainnya akan membuka lapangan kerja dalam negeri dengan adanya industri pengolahanya. Sekali lagi kemandirian
4. Percaya kepada Kebijakan Pemerintah .
Kepanikan yang terjadi selama ini karena ekonomi fundamental Indonesia kurang kuat dan sering termakan oleh isu tak bertanggung jawab, bukan percaya sepenuhnya pada kebijakan dan advice dari pemerintah.

Melihat peristiwa memang harus jelas dan tau posisi kita sebenarnya. Bila kita kurang jelas melihatnya, ambillah "kaca mata" yang tepat untuk membantu dengan jelas melihat. Salah Kaca mata akan berakibat salah baca yang berujung salah keputusan.

NB: Gambar ilustrasi diambil dari  sini dan diolah seperlunya

[+/-] Selengkapnya...

Dari Laskar Pelangi untuk Kita…



Setelah beberapa kali gagal mendapatkan tiket “Laskar Pelangi”, sabtu kemarin kesampaian juga menonton film ini. Sejenak mengikuti santainya para birokrat kita melupakan hantu krisis yang menghantui dunia ini. Bila dunia sedang membuka aib “kebobrokan” Ekonomi Amerika karena keserakahanya. Film ini sederhana saja membantu menemukan satu hal yang hilang dari negeri ini. Kesejanakan yang menghibur dan menginspirasi…


Secara teknik pratis film ini memang di atas rata-rata kualitas film Indonesia. Gambar yang indah yang menggambarkan Belitong yang memang indah. Kasting pemain yang dikhawatirkan banyak pengamat justru dijungkirbalikkan. Akting ke sepuluh anak sangat alami, karena mereka sepeti melakoni keseharian mereka. Logat melayu belitong yang khas menambah film ini terasa enak untuk diikuti.
Plot cerita yang setia dengan novel membuat setiap adegan mencoba menjawab imajinasi kita akan cerita dalam novel.Memang sih pasti ada yang belum sepenuhnya terjawab karena memang visulaisai tak akan menjawab 100 persen imajinasi kita.
Memori semangat masa kecil dan pentingnya kita mempunyai mimpi masa depan menjadi tema yang ditegaskan oleh Riri Riza. Ironi sebuah sekolah dasar Muhammadiyah yang berhasrat eksis untuk sebuah tujuan mulia; mengajarkan nilai pendidikan secara utuh. Dalam sebuah adegan Pak Harfan menegaskan bahwa sekolah ini bukan bertujuan menilai kepandaian anak-nakanya hanya dengan nilai-nilai, tetapi kecerdasan dan kepribadian yang berasal dari hati. Akhlakul karimah, bisa jadi satu kata untuk menjelaskan tujuan itu atau dalam istilah umum “manusia unggul”. Terselip juga pesan kehidupan tentang makna memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Jadi ingat postingan beberapa bulan lalu tentang memberi dan menerima. Kembali ke Ironi pendidikan, ini memang jamak kita temui di seluruh negeri ini, bahkan di pelosok pulau jawa pun saat ini masih saja terjadi.Semangat mengajar “pahlawan tanpa tanda jasa” tak diimbangi hasrat besar penguasa dalam kebijakan.
Kekuatan mimpi dengan tantanganya, mau tidak mau mengingatkan kita semua akan sesuatu yang hilang dalam bangsa ini. Inilah Indonesia yang sesungguhnya kata Presiden SBY setelah menonton film ini. Tokoh Lintang yang justru terlihat lebih dominan dibanding Ikal menunjukkan semangat itu. Sayang adegan akhir dari ironi ini menurutku kurang tergarap lebih dramatis oleh Riri Reza.
Sebagai sedikit kritikanku; mungkin banyak adegan yang tak dieksekusi secara tuntas. Mungkin saking banyaknya adegan penting dan terimajinasi kuat di benak penonton - tentunya bagi yang sudah baca novelnya- dia harus relistis memilahnya.
Setidaknya, tema dan pesan yang akan disampaikan telah tercapai oleh film ini. Secara sederhana film ini sekedar merenung sejenak akan ;
Satu kepastian diantara berbagai ketidakpastian negeri ini
Satu optimisme diantara berbagai ketidakoptimisme negeri ini.
Dan mengingatkan satu yang hilang diantara banyak yang hilang dari negeri ini…


NB:gambar diambil dari sini

[+/-] Selengkapnya...

Satu Tahun dalam Satu Episode Kartun



Bisa jadi ini hal yang tak terlalu penting, bahkan terkesan remeh-temeh. Tetapi sindiran yang agak menggelitik, tak ada salahnya aku comot dari kartun si Beny n Mice Kompas minggu lalu sebagai bahan renungan kita.
Pertama kita akan pasti tertawa melihat cerita dalam adegan ini.
Tetapi sejenak kemudian pasti kita terhenti, bukankah kita menertawakan diri kita sendiri?

Rutinitas kaum urban yang mencari penghidupan di kota. Kerja keras dan rutinitas dalam keseharian, bisa jadi tanpa jeda. Di hari lebaran kita berhasrat merayakan perjuangan kita di kampung halaman. Bagi-bagi kebahagiaan dengan sesama, dan ini mungkin kebahagiaan tertinggi manusia ; “berbagi”. Puncak dari upaya menunjukkan pencapaian kita. Pada akhirnya jeda itu selesai dan kembali ke ritme semula, dan mulai dari nol..
Sesimple itukan hidup kita (khususnya kaum urban)? Saking simplenya hanya cukup diwakilkan dalam sebuah episode kartun.
Nyatanya hidup itu memang simple, kita saja yang membuat hidup ini rumit…

NB; Gambar diambil dari Kompas edisi e-paper

[+/-] Selengkapnya...

Akhirnya Kembali (lagi)..



Bila kehidupan punya jeda, Lebaran adalah satu dari jeda itu...
Bila kehidupan perlu Perayaan, Lebaranlah puncak perayaan itu.
Bila Kehidupan perlu Silaturahmi, lebaran-lah puncak selebrasi silaturahmi.
Bila Kehidupan adalah perjalanan menuju kampung akherat. Lebaran adalah pulang ke kampung halaman.
Bila Kehidupan perlu makan enak, Lebaranlah waktu makanan enak muncul bersamaan...(
mak nyuss)...
Lebaran adalah kehidupan, dan juga Perayaan kehidupan…
.


Tradisi mudik tahunan untuk merayakan lebaran tak lekang oleh waktu, bahkan semakin menunjukkan sebagai "tradisi abadi" bangsa ini. Toh di tengah semakin mudahnya orang bersilaturahmi dan bersapa dengan semakin luasnya jaringan informasi, belum afdol jika belum mudik bertemu sanak saudara.
Lebaran mempunyai banyak arti bagi banyak orang. Setelah satu bulan berpuasa, satu tahun beraktifitas (bisa jadi tanpa jeda). Bila dalam konteks agama puasa adalah menuju manusia bertaqwa , maka dalam konteks masyarakat lebaran merupakan akhir dari proses manusia yang “eling lan waspadha”. Selalu ingat dan waspada, adalah arti taqwa secara sederhana. Lebaran selalu saja mengingatkan segalanya.
Merayakan Kehidupan ?
Bila sebuah kehidupan layak dirayakan, kapan saat tepat merayakanya? Bagi sebagian orang (baca kaum urban) lebaran-lah waktu yang tepat. Kerja setahun tanpa henti, tanpa jeda, demi mendapatkan kehidupan layak. Lebaran waktu yang layak untuk menunjukkan keberhasilana pencapaian itu. Proses ini telah ter-Komodifikasi dalam bentuk pencapaian material. Seseorang yang berhasil maerantau dengan membawa capaian keberhasilan dalam bentuk-bentuk berwujud material. Kendaraan yang mewah, dandanan modern, kantong tebal, adalah beberapa contoh diantara parameter keberhasilan.
Bagiku lebaran adalah rehat sejenak dari rutinitas untuk kemudian berevaluasi menata kembali rencana masa depan. Bila orang beresolusi di awal tahun, aku berusaha punya resolusi di lebaran ini untuk minimal satu tahun ke depan untuk mewujudkan rencana yang belum tercapai. Banyak dan tak akan selesai tertulis dalam satu lebar kertas folio.
Mendadak Filosofis nih...
Akhirnya jeda itu berakhir juga…
Akhirnya kembali lagi menjejaki Jakarta dengan hiruk pikuknya....
Merayakan kehidupan sehari-hari yang sebenarnya…
"Ke Jakarta aku akan Kembali " kata Koes Plus....

[+/-] Selengkapnya...

Mudik Lebaran; Perjalanan dan Hakikat...



Mudik menjadi ritual yang aku nantikan dua-tiga tahun ini setelah merantau meniti jati diri. Saat Hari Raya Idul Fitri bersama jutaan kaum urban lainya, ikut terlarut jugadiriku dalam ritual tahunan. Dianugerahi keluarga yang masih lengkap, alhamdulillah mudik serasa pelengkap kebahagiaan bersama keluarga.
Bagiku sendiri mudik lebih aku maknai sebagai perjalanan pulang yang paling hakiki kehidupan sebelum mudik ke kampung akherat. Pulang mudik ibarat menengok ke belakang, seberapa jauh kita melangkah pergi. Seberapa jauh pencapaian kita mencari "sangkan paraning dumadi" dalam hidup kita ini.

Rumah adalah titik nol diriku berproses, dan kembali ke titik nol adalah wujud kesadaran sebagai manusia. Kita ini berasal dari bukan apa-apa dan menjadi apa-apa. Sejenak merenung tentang hakikat dasar kita ini. Semoga mudik besar kita di dunia ini menjadi bekal Mudik besar kita kelak ke kampung Akherat..
Mudik juga suka cita, berbagi dan Kebahagiaan terbesar adalah kebahagiaan yang dibagi. Berbagi adalah sama rasa dalam satu keikhlasan berbagi. Sejenak saling membuka hati membuka pintu maaf kepada sesama
Dengan tulus ikhlas Ijinkan saya sekaligus mengucapkan :

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

Taqobalallohu Minna Waminkum Taqobbal Yaa Kariim...Amin

[+/-] Selengkapnya...

Catatan Akhir Ramadhan



Sejurus pertanyaan mengemuka, kenapa Sebuah akhir peristiwa perlu dibuat catatan?. Bisa jadi catatan adalah cara termudah untuk kita selalu ingat peristiwa. Manusia tempatnya lupa, sebaik-baik pelupa adalah menyadari kelupaanya. Kuingin mencatat apa yang kuingat diantara kelupaanku. Kuingin menulis sejauh aku mampu, dan kuingin catatan ini sebagai pengingat semoga kita bertemu Ramadhan lagi tahun depan. Sebagai wujud doa terkahir di penghujung bulan suci ini.

Kenapa Akhir Ramadhan ?
Bisa jadi akhir Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang memberi kita dua perasaan yang berkebalikan. Kesedihan dan Kesukacitaan menjadi perasaan campur aduk di ujung bulan ini. Sebuah peristiwa biasanya memunculkan satu perasaan. Ditinggal orang terkasih bisa jadi sangat menyedihkan. Satu sisi menanti datangnya sang kekasih adalah sebuah kebahagiaan terbesar.
Di akhir bulan ini dua menjadi satu, satu bulan dua makna. Kesedihan karena segera ditinggalkan bulan yang penuh karunia ini. Di samping itu kita juga diliputi kebahagiana terbesar menyambut hari kemenangan “Idul Fitri”. Kebahagiaa berkumpul dengan sanak saudara, bersilaturahmi, puncak ukhuwah umat. Semua tercampur di ujung Ramadhan kali ini.
Sebulan Berpuasa dan menjalankan indahnya beribadah lainnya di bulan Ramadhan membawa satu pesan, semoga spirit ini tetap ada setelah kita melewatinya. Satu bulan bersekolah ruhani –dari hikmah ibadah puasa- semoga cukup membekali kita untuk selalu berperilaku bijak 11 bulan berikutnya. Sedikit bekal untuk menyokong keimanan kita di setiap perbuatan di keseharian kita.
Manusia memang haruslah berusaha menembus batas pikiran dalam melihat setiap peristiwa. Ilmu tertinggi dari setiap peristiwa adalah hikmah. Hikmah dari Ramadhan tahun ini menurutku ; Bila kita dipertemukan dengan dua perasaan yang saling berkebalikan, Inilah hikmah kita untuk selalu seimbang dalam kehidupan. Janganlah sedih berlebihan dan jangan pula bersukaria melampaui batas.Aku sedih segera ditinggalkan ramadhan tahun ini, tapi aku juga bahagia dengan hadiah kemenangan dari Allah SWT…
Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan....amin.

[+/-] Selengkapnya...

Laskar Pelangi, Akankah Menembus Batas..?



Film "Laskar Pelangi", sebuah adaptasi Novel karya Andrea Hirata akhirnya Release juga 25 September 2008 besok. Diputar serentak di 75 layar bioskop di Indonesia menjadikan film ini salah satu pilihan menghabiskan liburan panjang Idul Fitri 1429 H. Sebelum diangkat ke layar lebar, versi novel "Laskar Pelangi" telah menjadi perbincangan hangat dan lumayan panjang jagat satra Indonesia. Dari seorang yang sama sekali belum di dunia sastra sebelumnya, Andrea Hirata menyita perhatian dengan langsung menulis tetralogi "Laskar pelangi". Sebagai tambahan, Buku terakhir dari tetralogi ini belum diterbitkan, tetapi tiga bagian awal sangat memberi warna baru sastra Indonesia.

Penceritaan khas Andrea yang khas mengenai kisah masa kecilnya patut diacungi jempol. Disamping itu, tema cerita yang  segar memberi  banyak membuat trance pembaca akan memori masa kecil. Memori masa kecil, sebuah tema ringan tetapi mampu membuat kesadaran kita akan mimpi seorang anak manuasia. Di dalam benak kita masing-masing pasti akan sejurus dan sepakat dengan keindahan memori masa lalu kita. Pada titik ini Andrea Hirata menurutku menjdi simbol pemicu semangat kita untuk selalu tak patah semangat mewujudkan mimpi.
Berkisah tentang  masa kecil Andrea Hirata bersama sembilan teman SD Muhammadiyah-nya di Belitong  untuk tetap bersemangat sekolah di tengah kondisi memprihatinkan dari sekolah mereka. Dalam asuhan Ibu Muslimah yang gigih,  keterbatasan keadaan dari 10 anggota Laskar Pelangi yang tak jadi penghalang semangat untuk menggapai mimpi-mimpi besar mereka. Kondisi yang meyatukan mereka dalam mimpi besar 10 anak manusia. Membacanya paling tidak akan muncul kesadaran kita arti sebuah mimpi dan kecintaan kita kepada bangsa ini. Segala kondisi yang tergambar akan menumbuhkan empati kita akan semangat mereka. Inilah Indonesia...apa adanya.
Bagaimana dengan filmnya? 
Sebagaimana sebuah adaptasi. Laskar Pelangi versi film tentu akan mendapat beban berat. Gambaran indah tentang Pulau Belitong, karakter kuat anggota laskar pelangi ; Ikal, Lintang, Mahar, Syahdan, Borek, Kucai, A Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Flo, dan A Ling terlalu kuat membekas di benak penonton -yang sudah mebaca novelnya-. Keberanian Duet Mira Lesmana-Riri Reza mengambil tokoh lokal yang awam di dunia akting memang sedikit memunculkan pertanyaan. Tetapi hal ini bisa dipahami dengan alasan lokalitas, suasana chemistry antar pemain dan naturalitas yang harus muncul dalam film ini. Satu alasan lagi mungkin aksen melayu belitong yang tak akan mudah cepat diucapkan oleh anak teater dari Jakarta sekalipun. Pengimbangan tokoh dewasa yang diisi tokoh papan atas semacam; Cut Mini,Lukman Sardi, Tora Sudiro, Slamet Raharjo, Alex Komang, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka, Robbie Tumewu, JaJang C. Noer dan tokoh besar lainya membuat harapan besar kita masih tetap terjaga.
Saya sendiri akan menempatkan film ini sebagai bagian terpisah dari keberhasilan novelnya. Kesuksesan novelnya biarlah menjadi ceritera tersendiri dan bisa saja akan berlanjut jika filmnya mendapat respon pasar. Kasus serupa di Indonesia semisal film Ayat-ayat Cinta bisa menjadi gambaran bagaimana keduanya bisa menembus batas dari dunia masing-masing. Batas usia, batas selera pasar maupun batas dikotomi sebuah pasar hiburan modern. Laskar pelangi sendiri hampir bersegmen semua umur. Muatan pesan yang dibawa film ini yang cocok bagi kondisi bangsa ini yang butuh pemompa semangat. Saat ini kita butuh tontonan yang bermutu yang mampu menembus batas sebagai sebuah tontonan. Pertanyaannya, mampukah "Laskar Pelangi" mampu menembus batas...? Kita tonton saja sebagai hadiah liburan panjang kita...
Salam hangat...

Catatan:
Gambar diambil dan diolah seperlunya dari situs resmi film :http://www.laskarpelangithemovie.com/

[+/-] Selengkapnya...

Ironi Kemiskinan


Kemiskinan barangkali akan selalu berjalan beriringan dengan kemajuan peradaban manusia. Dimanapun sebuah kemajuan tentu akan menyimpan kemiskinan di bawah alas kakinya. Bilapun ini hilang maka tak lebih dari sebuah angka statistik penguasa dan kaum kuasa.
Senin lalu (15/09/08) 21 orang wanita meninggal dunia saat mengantri zakat dari seorang dermawan di Pasuruan Jawa Timur. Tragedi Pasuruan ini mungkin adalah contoh kecil diantara fenomena kemiskinan yang terjadi di negeri ini. Karena masih banyak kejadian serupa sebagai wujud gagalnya negara memberi perlindungan dan penghidupan layak bagi rakyatnya. Begitu akut dan mengerikankah kemiskinan di negeri ini?
Pandangan awam selalu berpendapat bahwa pemerintahlah yang bertanggung jawab. Kemiskinan di Indonesia lebih karena kesalahan sistemik yang berkelanjutan. Birokrasi yang korup, kapaitalisasi dan liberalisasi yang "tak bisa dilogika" adalah contoh sahih kita men-judge pemerintah.
Kemiskinan memang menyesakkan bagi rakyat, tetapi bisa jadi tidak bagi penguasa. Kemiskinan di pundak rakyat adalah realitas hitam yang harus dilunturkan perlahan dengan cucuran keringat dan regangan nyawa. Bagi penguasa kemiskinan tak lebih dari sebuah sampah dan omong kosong angka statistik yang lebih berorientasi pasar dan investasi. Laporan tahunan, keberhasilan ekonomi dan kemajuan tak berarti apa-apa bila dibenturkan dengan kelaparan akibat kemiskinan. Kelaparan adalah hari ini, sedangkan statistik adalah laporan yang moga-moga benar adanya.
Dalam sudut pandang agamapun, kemiskinan adalah musuh utama. Karena kemiskinan selalu selaras dengan keterbelakangan, yang menjadi spirit Iqra dalam kehidupan. Kemiskinan adalah wujud pelemahan dan proses kematian.
Tak tahu arah dan sebab letupan ini sepontan muncul. Kemiskinan bisa jadi wujud ketidakadilan, karena tak akan menjadi pilihan bagi kita semua. Tetapi kemiskinan adalah ujian bagi kita untuk selalu berusaha melihat ke bawah dan menariknya ke atas menjadi sebuah narasi indah bernama kemakmuran. Masyarakat madani adalah cita-cita bersama. Wujud kebebasan kita, salah satunya tentu bebas dari kemiskinan dan keterbelakangan.
Malam ini nampaknya bayangan kemiskinan masih menjadi teman mimpi-mimpi negeri ini...huff..

[+/-] Selengkapnya...

Iklan dan Ramadhan


Iklan produk di berbagai media (khususnya TV) seakan sudah menjadi senjata utama produsen untuk mengambil hati penonton. Sambil lalu, sekedar dan sejenak menikmati berita ataupun acara yang kita menikmati, kita tak lepas dari iklan. Iklan kadangkala menjadi panduan keaktualan informasi ataupun fenomena sosialitas masyarakat.

Tak jarang dari iklan  muncul kata-kata yang sangat populer. Baru- baru ini banyak orang berkata "Cumi...= cuma minjem..." yang berasal dari iklan sebuah provider Operator sellular. Atau istilah semacam Ok's banget beberapa waktu lalu sangat latah diucapkan, juga tagline produk lain tak sedikit yang sangat membenak di hati penonton. Bahasa iklan kadang mengalahkan bahasa populer lainnya di masyarakat. Iklan adalah bahasa gampang yang gampang menarik minat orang.

Iklan di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan tak lepas dari incaran produsen untuk lebih gencar menawarkan produknya dengan kretifitas iklannya. Tak sebatas an sich   menawarkan Produk tetapi bisa berwujud iklan masyarakat sebagai wujud aware,berbagi ataupun rasa peduli  sebuah produk kepada konsumen.
Aku memandang positif hal ini sebagai sebuah kepekaan produsen untuk senantiasa dekat dengan konsumen. Suatu saat sepontan diriku haru melihat Iklan sebuah Provider Operator Seluler. Makna puasa secara halus dibawa ke arah saling berbagi dan berbuat kebaikan. " Tak  Pernah Putus Berbagi kebaikan" seperti terngiang di hati kita. Atapun sebuah iklan perusahaan pemerintah yang juga menyentil tentang makna berbagi di bulan suci ini dengan montir bengkel yang tidak mudik untuk tetap berbagi dengan sesama.
Iklan memang menjadi urat nadi media untuk tetap hidup. Saking kuatnya peran iklan, dia bisa masuk sebagi subyek utama atau peran penting di sebuah acara. Bila anda menyukai Sinetron pengantar sahur "Para Pencari Tuhan 2", tentu akan merasa hal berbeda dengan tayangan tahun lalu. Bahasa dakwah yang sederhana dan menyentuh memang masih tetap layak menjadi acungan jempol untuk Deddy Mizwar. Yang agak lucu adalah masuknya iklan dalam jalinan cerita yang kadang kala terlihat sangat vulgar. Ambil contoh kasus Tokoh Pak RW yang sering bersendawa tanda masuk angin, secara sepontan tokoh lain menyodorkan sebuah obat anti masuk angin. Dalam adegan lain tokoh Azam yang bertengkar dengan pacarnya di mobilnya, tiba-tiba Azam memaksa memasang kunci mobil. Adegan berikutnya kamera sepontan terfokus beberapa detik ke gantungan kunci yang merupakan merk Oli Sintetis. Cerdas tetapi terlalu vulgar, tak jarang mengganggu konsentrasi kita. Kita telah menyediakan waktu lama buat porsi iklan yang mau lewat, ternyata dalam acarapun kita tak boleh lepas dari jerat iklan.
Terlepas dari semuanya, sah-sah saja memang iklan dengan cara kreatifnya mencengkeram kita.  Dalam hal kasus sinetron PPT2 aku melihat dilematisnya memang tontonan bagus dan sarat tuntunan bila berhadapan dengan iklan sebagai kaki tangan kapitalisme. Bahasa dakwah tak selamanya sejalan dengan bahasa iklan.
Ada perbedaan tajam diantara keduanya.Keberhasilan dakwah tak melulu berhasil bila dilihat dari banyaknya pengikut, bahasa iklan sebaliknya. Iklan sebagai fenomena produk kapitalisme memang tak pernah sadar dengan dengan usaha tanpa batas dan tanpa kenal ampun.
Kapitalisme memang tidak sepenuhnya salah dengan segala perilakunya, Tetapi akan salah bila kita Memuja-nya seperti halnya kita mendewakan keduniaan yang fana ini.....

[+/-] Selengkapnya...

Ramadhan Bulan Perenungan


Alhamdulillah empat hari sudah kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini. Banyak ragam suka , cita dan keantusiasan umat muslim menyambutnya. Tetapi satu sisi kita lihat rutinitas kita membingkai Ramadhan kita kali ini menjadi bulan yang biasa-biasa saja. Keduniaan kita seakan melihat Ramadhan adalah bulan yang sejenak lewat. Kerugian besar yang mungkin baru kita sadari bila bulan ini telah lewat.

Sesungguhnya, bulan Ramadhan ini bisa menjadi media perenungan dan evaluasi perjalanan hidup kita. Kesempatan kita bermuhasabah kepada yang Maha Pemberi dan Tempat segala  keluh kesah kita. Dalam hal kehidupan dunia kita, Ramadhan kadang kala menjadi puncak dari proses keagamaan kita. Kesucian bulan ini akan membuat siapapun orang yang merasa beriman untuk sejenak berkhidmad dalam ibadah kepada Azza Wa Jalla. Bila pada bulan-bulan lainnya kita seperti lepas -setidaknya bingkai kita menjalani hidup-, di bulan ini kita mencoba berlatih menahan segala bentuk nafsu demi sebuah kemengangan indah.
Ramadhan adalah ajang "Madrasah Ruhaniah" kita. Kita mencoba melakukan yang terbaik. Dalam hal ibadah bila awal-awal ibadah puasa kita seperti terbebani, bisa jadi kita perlahan-lahan terlatih menahan segala godaan nafsu. Inilah adalah analogi proses kehidupan ini. Segala perjuangan kita akan kita akhiri dengan sebuah kemenangan besar di hari Idul Fitri.
Tawazun (keseimbangan)
Bulan Ramadhan ini memang menjadi kesempatan terbesar kita untuk sekedar menyeimbangkan dikotomisnya pikiran kita dalam beraktifitas. Kehidupan dunia yang semakin hedonis secara perlahan menggerogoti benteng keimanan setiap insan tanpa kecuali. Ramadhan adalah bulan kita mencoba menakar timbangan amalan kita. Bulan ini sekedar menengok sebelas bulan sebelumnya akan segala tindak-tanduk kita. Keduniaan kita secara perlahan tanpa kita sadari memercikkan air asam di hati kita, akhirnya perlahan hati kita akan berkarat. Bila karat telah hinggap di hati kita, entah kapan dan cara radikal apa untuk bisa membersihkanya. Ramadhan inilah kesempatan besar kita untuk membersihkan karat di hati kita.
Tiga puluh hari bisa jadi waktu yang lama, bila kita melihat ibadah di bulan ini sebagai beban. Tiga puluh hari bisa jadi waktu yang singkat bila kita selalu rindu kedatangannya karena sadar banyaknya berkah dan Karunia-Nya. Bulan seribu bulan, kesempatan terbesar kita untuk merenung.
Perenungan adalah kesempatan terbesar bagi manusia untuk sejenak menyadari eksistensinya sebagai manusia yang beriman, untuk berproses menjadi insan Muttaqin,pada akhirnya menuju Insan Kamil.
Semoga kita tetap Istiqomah beribadah di Bulan Ramadhan ini...

[+/-] Selengkapnya...

Marhaban Ya Ramadhan


 
 Assalamu'alaikum Waramatullahi Wabarakatuh.

Untuk Semua teman dan Saudara semua...
Dengan segala kerendahan hati, Saya Mohon Maaf Lahir
dan batin atas segala kesalahan hati, kata, tulisan dan
perbuatan yang saya buat selama ini. Sengaja maupun tak disengaja.

Selamat menunaikan ibadah di Bulan Suci Romadhon 1429H

semoga semua amalan kita diterima Allah SWT dan
dapat menjadi pendamping kita di alam akhirat nanti.
Amien...
Wassalamu'alaikum Waramatullahi Wabarakatuh.

sumber ilustrasi; Kapanlagi.com

[+/-] Selengkapnya...

Andai Obama Calon Presiden Indonesia.



Begitu pentingnya seorang pemimpin bagi sebuah bangsa. Begitu gempita- nya sekelompok rakyat menyambut pemimpin baru dengan segudang harapan. Barack Obama belum juga terpilih sebagai Presiden Amerika. Tetapi apa yang masyarakat Amerika dan dunia nantikan seperti layaknya pemimpin baru yang akan mengubah semuanya.
Pagi tadi kiblat berita dunia ada di Amerika dengan adanya konvensi Partai Demokrat di Denver, Colorado, Amerika.
Pengukuhan Obama sebagai calaon dari Demokrat seperti perayaan kemenangan rakyat Amerika. Obama layaknya cahaya terang untuk masa depan Amerika. Amerika dinilai salah arah di bawah pimpinan George Walker Bush. Memang tak lebih dari sebuah harapan. Tetapi bukankah harapan adalah awal dari sebuah jalan. Jalan terang karena kita berpikiran terang. Keyakinan karena kita memulai dengan keyakinan. Obama adalah sebuah keyakinan akan harapan baru Amerika.Obama adalah sebuah Tokoh tepat di waktu yang tepat bagi masa depan Amerika.
Bagaimana dengan Indonesia?
Bukan maksud membandingkan langsung Indonesia dengan Amerika. Karena pengalaman peradaban kita jauhlah berbeda. Tetapi perlu dicatat bahwa kita ada di waktu yang sama. Tak salahlah kita belajar dari mereka.
Sebagaimana telah kita ketahui, Obama bukan hanya tokoh citra dan rekayasa media semata. Dalam kampanye program-programnya, begitu detailnya seorang Obama menyampaikan kebutuhan dan harapan rakyat Amerika.
Amerika seperti tampak kecil dengan pengharapan mereka kepada perubahan. Bangsa sebesar Amerika-pun menanti pemimpin yang membawa perubahan. Amerika sedang menanti "Sang Satria Piningit" dalam istilah perpolitikan kita.
Membandingkan kita dengan Amerika mungkin sebuah guyonan. Tetapi membicarakan topik serupa dengan kasus berbeda adalah kewajaran. Berandai Obama Presiden kita bukanlah kebijakan. Tetapi berharap kita punya pemimpin sebesar Obama adalah sebuah keoptimisan. Pasca Sukarno-Hatta kita memang sepi pemimpin Inspiratif. Kita masih terus setia menanti..
Pidato dan Orasi pemimpin berkharisma sangat memberi kekuatan pada rakyatnya. Memang janji harapan hanyalah sebuah awal, karena akan berhutang dengan pembuktian. Tetapi ibarat langkah, kita berada di jalan yang benar dan arah yang benar. Andaikan Obama Calon Presiden Indonesia, kita mungkin juga punya harapan sebesar Amerika. Bilapun masih sebuah harapan, harapan yang berarti Doa kita bersama...

[+/-] Selengkapnya...