Mencari Pemimpin


Hakekat pemimpin bukan terletak pada sebuah sosok individu semata. Tetapi lebih jauh lagi sebuah makna seseorang yang mampu meng-empower segala sendi dan bagian dari yang dia pimpin. Diskusi dan kajian kepemimpinan sekan menyeruak kembali seiring semakin dekatnya kita memilih wakil dan Presiden kita di Pemilu 2009.
Kehausan seorang pemimpin impian seakan semakin menemui batas tipis antara sebuah harapan rasional dan irasional, Hal ini ditandai dengan tidak semakin hilangya mitos “Ratu Adil” di tengah masyarakat, justru semakin menguat di tengah harapan masyarakat. Dalam ranah kajian ilmiah tentu perlu dibuktikan.
Tetapi dalam tataran wacana kehidupan berdemokrasi hal ini nyata tergambar dalam beberapa “pilkada” di beberapa daerah. Tingkat Golput yang cenderung tinggi yang oleh sebagian pengamat dijadikan gambaran kepercayaan publik terhadap pemimpinnya meskipun itu sangat tergantung iklim politik  lokal di setiap pilkada.
10 tahun Reformasi, tiga kali pergantian Presiden tampaknya harapan rakyat tentang datangnya Presiden yang menyejahterakan seakan semakin jauh panggang daripada api. Kesejahteraan rakyat yang terlihat dari indikasi dasar semakin terlihat memrihatinkan. Kita seakan terjebak dalam “kemunduran peradaban” jika boleh dikatakan dengan kata-kata ekstrim itu. Kelangkaan BBM, krisis energi dan menurunnya kualitas pemenuhan kebutuhan pokok sangat sahih dijadikan beberapa.
Pada titik ini aku berani mengatakan Kita butuh Pemimpin yang “Membebaskan”. Merevolusi segala kemunduran ini dengan sebuah tangan yang kuat. Indonesia sudah terjebak dalam permainan ekonomi dunia dalam omong kosong bernama “globalisasi”. Inonesia dipaksa dan dengan senang hati menikmati pasar “neoliberalime” yang nyata-nya menggerogoti identitas negara dan menyengsarakan rakyat. Kita seakan berada di dunia yang sebenarnya kita belum saatnya memasukinya. Dan perlu dicatat ini adalah kebijakan pemimpin kita. Kita butuh seorang pemimpin yang berani mengobarkan semangat antitesis terhadap tesis yang nyata salah oleh pemimpin sebelumnya.
Siapa sebenarnya yang pantas melihat tokoh yang muncul di Iklan Politik di sepanjang hari. Kita tunggu komitmen mereka dalam dimensi “ruang dan waktu” ke delapan bulan depan.

2 komentar:

Helman Taofani mengatakan...

Rizal Mallarangeng itu dibawa sama PAN ya Bas?

Bazoekie mengatakan...

Wah, setahuku RM sementara iklan kampanye atas nama sendiri. Secara selain punya modal tokoh dan dia punya Kantor Konsultan khusus ngurusin kampanye politik tokoh2. Sekalian aja promosiin diri. Katanya sih tetap dia nyari partai (sistem pilpres belum akomodasi calon indepanden to?).Trus PAN? wah aku ga tahu je perkembangan lobi-lobinya?Sekarang warga Muhammdiyah tak hanya satu afiliasi ke PAN aja, sekarang ada PMB (Partai Matahari Bangsa)yang notabene yang diriin mantan anak2 IMM.He2 politik emang licin...